Banyumas (Antaranews Jateng) - Kementerian Pertanian mengimbau petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melaksanakan gerakan menanam padi secara serentak pada musim tanam pertama tahun 2018/2019.
"Mudah-mudahan ini bisa dilakukan di 27 kecamatan se-Kabupaten Banyumas," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.
Suwandi yang merupakan Penanggung Jawab Upaya Khusus Pajale (Padi, Jagung, dan Kedelai) Provinsi Jawa Tengah mengatakan hal itu usai menanam padi bersama Bupati Banyumas Achmad Husein dalam rangka gerakan percepatan tanam pada musim tanam pertama 2018/2019.
Menurut dia, padi yang ditanam merupakan varietas Inpari 32 dengan pola tanam "jajar legowo" 2:1 dan 4:1.
"Tolong nanti dibandingkan hasilnya, yang bagus mana. Saya minta setiap rumpun anaknya jangan 20-30 (batang), tapi 40 batang setiap rumpun. Caranya bagaimana? Pemupukan yang baik," katanya.
Terkait dengan hal itu, Dirjen meminta Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso untuk membuat demplot-demplot (demontration plot) karena di daerah lain bisa mencapai 40 batang per rumpun.
Selain itu, kata dia, tanaman padi yang telah selesai dipanen, lahan sawahnya harus segera ditanami kembali untuk musim tanam kedua sehingga tidak terlalu lama dibiarkan menganggur.
"Maksimal seminggu, dua minggu. Jangan terlalu lama mengganggur, karena rata-rata bisa mencapai satu bulan sampai keluar singgang, berbuah lagi buah singgang," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, ketika selesai panen dan masih ada air, lahan sawah tersebut diolah agar dapat segera ditanami kembali.
Sementara bagi lahan-lahan kering yang mengandalkan hujan (sawah tadah hujan, red.), dia menyarankan petani untuk menggunakan sistem tanam benih langsung (tabela).
"Setelah panen ini, monokultur padi, tanam kedua pakai tumpang sari. Apakah padi dengan jagung atau dengan kedelai atau lainnya, silakan, sesuai dengan kondisi setempat, jangan sampai tanah istirahat, langsung ditanami silih berganti," katanya.
Dia mengimbau petani menggunakan mekanisasi dalam mengolah lahan, yakni dengan alat mesin pertanian (alsintan).
Di samping itu, kata dia, petani juga diimbau untuk melakukan efisiensi biaya produksi selain penggunaan bibit unggul.
Dia mencontohkan dalam penggunaan pompa air tidak lagi mengandalkan bahan bakar karena saat sekarang sudah ada yang menggunakan listrik sehingga dapat menghemat 60 persen biaya produksi.
"Dengan gas (elpiji, red.) menghemat 50 persen, dengan 'solar cell' (panel listrik tenaga matahari, red.) bisa menghemat sampai 90 persen," katanya.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengharapkan tanam perdana yang merupakan bagian dari gerakan percepatan tanam tersebut menjadi tanda dimulainya tanam secara serentak.
"Mudah-mudahan tidak ada masalah, bisa panen sesuai dengan harapan dan menjadikan petani di Banyumas ini menjadi makmur semuanya. Kebetulan pas dengan Hari Pahlawan, dan petani itu sebenarnya juga pahlawan pangan. Oleh sebab itu, perlu dihargai adanya pahlawan pangan Indonesia, yaitu petani," katanya.
Dalam kesempatan terpisah Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengatakan pihaknya sebenarnya menargetkan luas tanam pada bulan Oktober hingga November sudah hampir mencapai 20.000 hektare.
Oleh karena musim hujan mundur dan baru masuk dalam satu pekan terakhir, kata dia, realisasi luasan tanam baru mencapai 10 persen dari target atau sekitar 2.000 hektare.
"Mudah-mudahan dengan adaya kegiatan ini, mengawali semuanya sehingga kita bisa mengejar target pada musim tanam 2018-2019, mudah-mudahan bisa tercapai karena yang kami khawatirkan kalau mundurnya (masa tanam) terlalu panjang, masa pacekliknya tambah lama, sehingga risikonya besar," katanya.
Ia mengatakan jika petani tidak cepat menanam padi akibat mundurnya musim hujan, dikhawatirkan pada musim kemarau tahun 2019 terdapat daerah-daerah yang rawan kekeringan.
Terkait dengan target produksi padi, Widarso mengatakan luas panen untuk dua musim tanam di Kabupaten Banyumas mencapai 68.000 hektare dengan produktivitas rata-rata sebesar 5,5 ton gabah kering giling per hektare.
Berdasarkan data yang diterima Antara dari Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur, selaku Penanggung Jawab Upaya Khusus Pajale Kabupaten Banyumas, target luas tambah tanam di Kabupaten Banyumas pada musim tanam pertama 2018/2019 sebesar 14.787 hektare yang akan dilakukan percepatan tanam.
Pencapaian luas tambah tanam di Kecamatan Sumpiuh sudah mencapai 80 hektare dan target pada bulan November sebesar 734 hektare untuk seluruh desa di wilayah itu.
Khusus Desa Kuntili, hingga pekan pertama bulan November sudah mencapai 125 hektare dari luas baku sawah 215 hektare sehingga masih ada sekitar 90 hektare yang masih proses penanaman dan diperkirakan akan tutup tanam pada akhir bulan November.
"Mudah-mudahan ini bisa dilakukan di 27 kecamatan se-Kabupaten Banyumas," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.
Suwandi yang merupakan Penanggung Jawab Upaya Khusus Pajale (Padi, Jagung, dan Kedelai) Provinsi Jawa Tengah mengatakan hal itu usai menanam padi bersama Bupati Banyumas Achmad Husein dalam rangka gerakan percepatan tanam pada musim tanam pertama 2018/2019.
Menurut dia, padi yang ditanam merupakan varietas Inpari 32 dengan pola tanam "jajar legowo" 2:1 dan 4:1.
"Tolong nanti dibandingkan hasilnya, yang bagus mana. Saya minta setiap rumpun anaknya jangan 20-30 (batang), tapi 40 batang setiap rumpun. Caranya bagaimana? Pemupukan yang baik," katanya.
Terkait dengan hal itu, Dirjen meminta Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso untuk membuat demplot-demplot (demontration plot) karena di daerah lain bisa mencapai 40 batang per rumpun.
Selain itu, kata dia, tanaman padi yang telah selesai dipanen, lahan sawahnya harus segera ditanami kembali untuk musim tanam kedua sehingga tidak terlalu lama dibiarkan menganggur.
"Maksimal seminggu, dua minggu. Jangan terlalu lama mengganggur, karena rata-rata bisa mencapai satu bulan sampai keluar singgang, berbuah lagi buah singgang," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, ketika selesai panen dan masih ada air, lahan sawah tersebut diolah agar dapat segera ditanami kembali.
Sementara bagi lahan-lahan kering yang mengandalkan hujan (sawah tadah hujan, red.), dia menyarankan petani untuk menggunakan sistem tanam benih langsung (tabela).
"Setelah panen ini, monokultur padi, tanam kedua pakai tumpang sari. Apakah padi dengan jagung atau dengan kedelai atau lainnya, silakan, sesuai dengan kondisi setempat, jangan sampai tanah istirahat, langsung ditanami silih berganti," katanya.
Dia mengimbau petani menggunakan mekanisasi dalam mengolah lahan, yakni dengan alat mesin pertanian (alsintan).
Di samping itu, kata dia, petani juga diimbau untuk melakukan efisiensi biaya produksi selain penggunaan bibit unggul.
Dia mencontohkan dalam penggunaan pompa air tidak lagi mengandalkan bahan bakar karena saat sekarang sudah ada yang menggunakan listrik sehingga dapat menghemat 60 persen biaya produksi.
"Dengan gas (elpiji, red.) menghemat 50 persen, dengan 'solar cell' (panel listrik tenaga matahari, red.) bisa menghemat sampai 90 persen," katanya.
Sementara itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengharapkan tanam perdana yang merupakan bagian dari gerakan percepatan tanam tersebut menjadi tanda dimulainya tanam secara serentak.
"Mudah-mudahan tidak ada masalah, bisa panen sesuai dengan harapan dan menjadikan petani di Banyumas ini menjadi makmur semuanya. Kebetulan pas dengan Hari Pahlawan, dan petani itu sebenarnya juga pahlawan pangan. Oleh sebab itu, perlu dihargai adanya pahlawan pangan Indonesia, yaitu petani," katanya.
Dalam kesempatan terpisah Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengatakan pihaknya sebenarnya menargetkan luas tanam pada bulan Oktober hingga November sudah hampir mencapai 20.000 hektare.
Oleh karena musim hujan mundur dan baru masuk dalam satu pekan terakhir, kata dia, realisasi luasan tanam baru mencapai 10 persen dari target atau sekitar 2.000 hektare.
"Mudah-mudahan dengan adaya kegiatan ini, mengawali semuanya sehingga kita bisa mengejar target pada musim tanam 2018-2019, mudah-mudahan bisa tercapai karena yang kami khawatirkan kalau mundurnya (masa tanam) terlalu panjang, masa pacekliknya tambah lama, sehingga risikonya besar," katanya.
Ia mengatakan jika petani tidak cepat menanam padi akibat mundurnya musim hujan, dikhawatirkan pada musim kemarau tahun 2019 terdapat daerah-daerah yang rawan kekeringan.
Terkait dengan target produksi padi, Widarso mengatakan luas panen untuk dua musim tanam di Kabupaten Banyumas mencapai 68.000 hektare dengan produktivitas rata-rata sebesar 5,5 ton gabah kering giling per hektare.
Berdasarkan data yang diterima Antara dari Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur, selaku Penanggung Jawab Upaya Khusus Pajale Kabupaten Banyumas, target luas tambah tanam di Kabupaten Banyumas pada musim tanam pertama 2018/2019 sebesar 14.787 hektare yang akan dilakukan percepatan tanam.
Pencapaian luas tambah tanam di Kecamatan Sumpiuh sudah mencapai 80 hektare dan target pada bulan November sebesar 734 hektare untuk seluruh desa di wilayah itu.
Khusus Desa Kuntili, hingga pekan pertama bulan November sudah mencapai 125 hektare dari luas baku sawah 215 hektare sehingga masih ada sekitar 90 hektare yang masih proses penanaman dan diperkirakan akan tutup tanam pada akhir bulan November.