Polusi udara pengaruhi kemampuan kognitif anak dan memicu asma serta kanker

Rabu, 31 Oktober 2018 10:19 WIB

Jakarta (Antaranews Jateng) - Hampir dua miliar anak atau sekitar 93 persen anak-anak di bawah usia 15 tahun—menghirup udara beracun dan busuk yang sangat tercemar sehingga menempatkan mereka pada kesehatan dan kesejahteraan yang berisiko serius, menurut laporan baru-baru ini. 

Banyak anak meninggal: Badan Kesehatan Dunia (WHO) memerkirakan terdapat 600.000 anak meninggal pada 2016 akibat infeksi pernapasan bawah yang disebabkan oleh udara yang kotor. 

“Udara yang tercemar meracuni jutaan anak dan menghancurkan hidup mereka. Ini tidak dapat ditolerir. Setiap anak berhak mendapatkan udara yang bersih sehingga mereka dapat tumbuh dan melakukan potensi mereka secara utuh,” ungkap Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana laporan USA Today, yang dilansir Rabu. 

Polusi udara dapat memengaruhi kemampuan kognitif anak dan juga dapat memicu asma serta kanker. Anak-anak yang terpapar dengan tingkat polusi udara yang tinggi mungkin berisiko lebih besar terkena penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular di kemudian hari. 

Masalah ini terparah terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah, menurut laporan tersebut, terutama negara-negara di Afrika, Asia Tenggara, Mediterania timur, dan Pasifik barat. 

Wali Kota Seoul, Korea Selatan Park Won-soon mengatakan,“Laporan Badan Kesehatan Dunia dengan jelas menunjukkan bahwa perilaku keseharian orang dewasa mengancam kesehatan anak-anak yang tidak bersalah. Tidak ada orang dewasa di planet ini dapat terbebas dari rasa sakit yang diderita oleh anak-anak kita karena polusi udara.”

Laporan itu mengatakan bahwa secara keseluruhan, sekitar 7 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena polusi udara. Bahkan, sepertiga dari kematian akibat stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung berasal dari udara yang tercemar, menurut Badan Kesehatan Dunia. 

Untuk mengurangi polusi, Badan Kesehatan Dunia menyarankan percepatan pengalihan untuk memasak dan memanaskan bahan bakar dan teknologi, serta meningkatkan penggunaan transportasi yang lebih bersih, perumahan hemat energi dan perencanaan kota.

"Banyaknya penyakit dan kematian yang diungkapkan oleh data baru-baru ini mendesak komunitas global untuk bertindak segera. Untuk jutaan anak yang terpapar polusi udara setiap hari, hanya tersisa sedikit waktu untuk dibuang percuma dan banyak hal yang hal yang dapat didapatkan," kata organisasi yang bermarkas di Jenewa itu. 

Pewarta : Anggarini Paramita
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

UMP segera gelar Festival Balon Udara untuk rayakan milad ke-59

16 May 2024 15:23 Wib

Ribuan pengunjung padati Festival Balon Udara Wonosobo

21 April 2024 16:12 Wib

Airnav catat 15 laporan penerbangan balon udara selama periode Lebaran 2024

17 April 2024 14:00 Wib

Ribuan pengunjung saksikan festival balon udara di Lapangan Reco

16 April 2024 14:59 Wib

Polres Pekalongan cegah balon udara liar sambut tradisi Syawalan

16 April 2024 11:12 Wib
Terpopuler

Anggota dewan terpilih wajib mundur saat maju pilkada

PERISTIWA - 16 May 2024 1:04 Wib

Harga emas Antam stabil

EKONOMI - 13 May 2024 9:44 Wib

BPBD Purbalingga imbau pendaki patuhi larangan pendakian Gunung Slamet

PERISTIWA - 17 May 2024 13:14 Wib

Pj Gubernur Jateng ajak Pepabri sukseskan Pilkada 2024

PERISTIWA - 15 May 2024 8:36 Wib

173 pebulu tangkis siap berlaga dalam Olimpiade Paris 2024

NASIONAL - 13 May 2024 9:46 Wib