Semarang (Antaranews Jateng) - Pakar teknologi informasi sekaligus Direktur Indonesia e-Fraud Watch Solichul Huda menyarankan jumlah nilai konsumsi transfer data atau "bandwidth" pada pelaksanaan tes seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil perlu ditambah guna mengantisipasi gangguan jaringan.
"Munculnya permasalahan jaringan pada pelaksanaan tes CPNS ini akibat kelebihan beban atau tidak sesuai `bandwidth` yang ada," katanya saat dihubungi melalui telepon di Semarang, Senin.
Ia menyebutkan jaringan pada pelaksanaan tes CPNS yang dilakukan Badan Kepegawaian Negara semuanya tersentral sehingga ketika sejumlah daerah aktif bersamaan dan melebihi kapasitas, maka jaringan tidak hanya jalan lambat tapi langsung terputus.
"Jadi kalau mau yang bagus modelnya seperti Ujian Nasional, hanya saja memerlukan waktu yang cukup panjang," ujarnya.
Menurut dia, dengan cukup banyaknya jumlah peserta tes CPNS dibandingkan daerah lain di Indonesia, maka Jateng harus memiliki peladen lokal sendiri.
"Untuk koneksi soal yang di pusat, nanti baru dari `servernya` lokal. Seandainya bareng-bareng, kalau dengan model begitu, saya rasa agak lambat, tapi lancar," katanya.
Ia menyarankan, agar tes CPNS di beberapa daerah di Jateng tidak mengalami gangguan, maka perlu diatur kapasitas peserta ujian atau dengan kata lain membatasi kuota sehingga jumlah peserta sesuai dengan kemampuan akses ke peladen nasional.
Selain itu, kata dia, penyelenggara perlu melakukan uji coba atau simulasi pelaksanaan tes CPNS dengan jumlah peserta yang disesuaikan di masing-masing daerah.
"Sayangnya, penyelenggara hanya melakukan hitung-hitungan teknis saja. Begitu praktik putus, karena kalau jaringannya `over` (berlebihan)," ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai pelaksana teknis tes penerimaan CPNS tidak profesional karena masih ditemukan kendala teknis terkait dengan jaringan.
"Kalau teknis bisa diselesaikan, maka bolehlah kita kasih label profesional, tapi kalau tidak ya apa kita masih bisa bicara profesional," kata Ganjar usai melakukan inspeksi mendadak pada pelaksanaan tes CPNS di GOR Wujil, Kabupaten Semarang, Senin pagi.
"Munculnya permasalahan jaringan pada pelaksanaan tes CPNS ini akibat kelebihan beban atau tidak sesuai `bandwidth` yang ada," katanya saat dihubungi melalui telepon di Semarang, Senin.
Ia menyebutkan jaringan pada pelaksanaan tes CPNS yang dilakukan Badan Kepegawaian Negara semuanya tersentral sehingga ketika sejumlah daerah aktif bersamaan dan melebihi kapasitas, maka jaringan tidak hanya jalan lambat tapi langsung terputus.
"Jadi kalau mau yang bagus modelnya seperti Ujian Nasional, hanya saja memerlukan waktu yang cukup panjang," ujarnya.
Menurut dia, dengan cukup banyaknya jumlah peserta tes CPNS dibandingkan daerah lain di Indonesia, maka Jateng harus memiliki peladen lokal sendiri.
"Untuk koneksi soal yang di pusat, nanti baru dari `servernya` lokal. Seandainya bareng-bareng, kalau dengan model begitu, saya rasa agak lambat, tapi lancar," katanya.
Ia menyarankan, agar tes CPNS di beberapa daerah di Jateng tidak mengalami gangguan, maka perlu diatur kapasitas peserta ujian atau dengan kata lain membatasi kuota sehingga jumlah peserta sesuai dengan kemampuan akses ke peladen nasional.
Selain itu, kata dia, penyelenggara perlu melakukan uji coba atau simulasi pelaksanaan tes CPNS dengan jumlah peserta yang disesuaikan di masing-masing daerah.
"Sayangnya, penyelenggara hanya melakukan hitung-hitungan teknis saja. Begitu praktik putus, karena kalau jaringannya `over` (berlebihan)," ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai pelaksana teknis tes penerimaan CPNS tidak profesional karena masih ditemukan kendala teknis terkait dengan jaringan.
"Kalau teknis bisa diselesaikan, maka bolehlah kita kasih label profesional, tapi kalau tidak ya apa kita masih bisa bicara profesional," kata Ganjar usai melakukan inspeksi mendadak pada pelaksanaan tes CPNS di GOR Wujil, Kabupaten Semarang, Senin pagi.