Kudus (Antaranews Jateng) - Media sosial dinilai ikut berperan dalam mempengaruhi warga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dalam menentukan pilihannya terhadap pasangan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kudus 2018, kata Peniliti Perilaku Pemilih Pilkada Kudus 2018 Mas'udi.
     
"Generasi milenial cenderung memanfaatkan dunia maya dalam mengakses informasi tentang figur masing-masing pasangan calon, termasuk visi, dan misi serta rekam jejaknya," ujar Mas'udi yang juga dosen IAIN Kudus ketika menjadi pembicara dalam Diseminasi Riset Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kudus 2018 di Hotel @Hom Kudus, Rabu.
     
Hal tersebut, kata dia, juga diperoleh dalam penelitian bersama timnya di Kudus bahwa generasi milenial cukup besar dan mengambil peran dalam kegiatan politik. 
     
Mereka, lanjut dia, tidak bisa ditekan dengan beberapa hal yang menjadi strategi baik oleh tim pasangan calon maupun partai politik agar mereka memilih pasangan calon tertentu.
     
Bahkan, kata dia, pilihan keluarga juga tidak mudah untuk mempengaruhi pilihan generasi milenial yang lebih senang mencari informasi soal figur calon dari media sosial maupun dunia maya.
     
Sementara pengaruh politik uang dinilai tidak terlalu signifikan karena masing-masing pemilih saat ini memiliki kesadaran dalam menentukan pilihannya demi pembangunan selama lima tahun mendatang.
     
"Informan yang diwawancari juga mengakui menerima amplop dari semua pasangan calon, namun mereka tetap memilih pasangan calon tertentu karena sejak awal sudah mantap dengan pilihannya itu," ujarnya.
     
Mayoritas informan yang ditemui, katanya, menganggap hal itu merupakan hal biasa setiap pesta demokrasi, namun mereka tetap memilih secara rasional dan tidak terpengaruh dengan amplop yang diterimanya.
     
Ia menganggap generasi saat ini juga mulai melek dengan dunia politik karena informasi mudah diperoleh lewat dunia maya yang saat ini berada dalam genggamannya.
     
Penelitian tersebut melibatkan 37 responden dengan katarestik sosial dan kecamatan yang berbeda. Respondennya, meliputi pemilih pemula, pendidik, dan akadamisi, difabel dan pekerja swasta. 
     
Sementara dasar pilihan masyarakat dalam menentukan pilihannya ada yang berdasarkan pada kategori sosiologis, psikologis, dan kategori pemilih rasional. 
     
Hasil penelitian tersebut, sempat disanggah oleh salah satu peserta yang juga Ketua Konsorsium Masyarakat untuk Kudus Bersih (KMKB) Sururi Mujib menganggap tingkat kehadiran pemilih pada Pilkada Kudus 2018 yang mencapai 84,26 persen dianggapnya bukan karena keberhasilan penyelenggara pemilu atau karena pengaruh dunia maya yang begitu masif.
     
"Melainkan karena peran dari tim sukses masing-masing pasangan calon yang didukung dengan pembagian uang kepada masing-masing pemilih," ujarnya.
     
Hal itu, kata dia, bisa dilihat dalam Pilkada Kudus periode sebelumnya, ketika penyebaran uang di masyarakat tidak masif, maka tingkat partisipasi pemilih tidak akan besar.
    
Sementara Pilkada Kudus 2018, kata dia, tidak terlepas dari faktor yang sama, yakni dugaan politik uang yang sangat berperan dalam mendongkrak partisipasi pemilih di Kudus begitu besar.
   
"Andai saja tidak ada upaya politik uang pada saat hari pemungutan suara, dipastikan partisipasi pemilih tidak akan sebesar sekarang," ujarnya menyangsikan.
     
Anggota Bawaslu Kabupaten Kudus Rif'an yang juga hadir menegaskan bahwa dalam Pilkada Kudus 2018 tidak ada laporan soal politik uang.
     
Ia menganggap pemberian dalam bentuk amplop yang berisi uang tetap dianggap sebagai politik uang dan tidak bisa dianggap sebagai sadaqah karena sadaqah berhubungan langsung dengan Tuhan.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024