Purwokerto (Antaranews Jateng) - Desa Rawajaya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, diperkirakan memiliki potensi gas biogenik seperti metana (CH4) yang dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga atau industri kecil, kata Ketua Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Siswandi Kastari.
   
 "Secara geologi, lokasi tersebut masih berhubungan dengan sistem rawa belakang (back swamp) dari Segara Anakan dan dataran banjir dari Sungai Citanduy," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
   
 Siswandi mengatakan hal itu kepada wartawan terkait munculnya semburan gas dari sumur alami berdiameter 50 centimeter di Dusun Gayamsari, Desa Rawajaya, Kecamatan Bantarsari, Cilacap, yang menjadi viral di media sosial.
   
 Kendati saat sekarang merupakan daratan kering, dia menduga di bagian bawahnya terdapat lapisan endapan rawa yang kaya akan kandungan zat organik.
     
Menurut dia, endapan yang kaya zat organik itu mengalami penguraian yang bisa menghasilkan gas-gas organik seperti CH4 (metana) dan sebagainya.
   
 "Endapan rawa berupa lumpur yang mengandung gas-gas organik tersebut bisa saja muncul ke permukaan karena perbedaan tekanan. Bisa juga hanya karena pengapungan," katanya. 
   
 Ia mengatakan keluarnya lumpur dan gas-gas tersebut bisa melalui rekahan tanah atau bagian yang lemah dari tanah dan muncul di permukaan sebagai semburan lumpur.
     
Menurut dia, semburan lumpur itu dalam ilmu geologi biasa disebut dengan istilah "mud volcano".
   
 "Kemunculan 'mud volcano' bisa terjadi pada musim kemarau maupun musim hujan. Hanya saja, saat musim kemarau fenomena 'mud volcano' ini menjadi mudah teramati," katanya.
   
 Siswandi mengatakan manfaat yang bisa diambil dari adanya "mud volcano" adalah gas metana (CH4) yang bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil.
   
 Akan tetapi, kata dia, tidak menutup kemungkinan adanya bahaya yang berasal dari kandungan gas rawa lainnya seperti CO, CO2, H2S, dan HS.
   
 "Oleh karena itu, lokasi tersebut sebaiknya diamankan untuk diambil manfaatnya dan dihindari bahayanya," kata dia yang masuk dalam Pengurus Pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Periode 2017-2020 Bidang Kebencanaan dan Konservasi Lingkungan.
   
 Selain itu, kata dia, laporkan dan koordinasikan dengan pemerintah kabupaten setempat dan dinas terkait karena semburan gas tersebut merupakan potensi energi baru dan terbarukan.
   
 "Namun perlu survei seismik dangkal (strata box), pengeboran, dan analisis 'total organic contents' (TOC), untuk bisa menghitung potensi gas biogenik yang ada di daerah itu," katanya.
   
 Sementara itu, salah seorang sukarelawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Cilacap, Puguh Supono mengatakan sumur alami yang mengeluarkan semburan lumpur dan gas di Dusun Gayamsari, Desa Rawajaya, tersebar di tiga lokasi yang berjauhan.
     
Menurut dia, sumur yang menyemburkan lumpur berwarna abu-abu seperti halnya kawah itu tidak mengeluarkan bau menyengat.
     
"Namun ketika kami mencoba menyalakan korek di dekat semburan lumpur itu, apinya langsung membesar," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024