Kudus (Antaranews Jateng) – Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-73 TNI di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diisi dengan kegiatan unik, namun meriah. Paniti HUT TNI menggelar kirab budaya yang diikuti ratusan peserta dari kalangan pelajar, muspika, dan masyarakat umum di Kudus, Rabu.
Masing-masing peserta menampilkan atraksi seni, mulai dari sejarah terbentuknya sebuah desa hingga perjuangan melawan penjajahan serta dimeriahkan kirab tiga pusaka, salah satunya pusaka peninggalan zaman Majapahit.
Ketiga pusaka tersebut, yakni keris pusaka Kiai Jaya Jigang yang merupakan keris lurus yang menggambarkan tegaknya iman dan tauhid serta melambangkan kejayaan pedagang, sebagai mana Kota Kudus sebagai kota pedagang.
Pusaka lainnya, yakni Keris Kiai Tulak. Keris ini menggambarkan doa agar mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa dan keris Kiai Kanjeng Panjeka yang merupakan peninggalan kerajaan zaman majapahit yang menggambarkan doa kepada Tuhan supaya Kudus tetap Makmur.
"Kami menyambut positif gagasan Kodim Kudus 0722/Kudus yang mempertahankan budaya lewat penyelenggaraan kirab budaya," kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil dalam sambutannya.
Ia menganggap kegiatan kirab budaya tersebut sebagai wujud kepedulian TNI untuk melestarikan budaya yang ada di nusantara ini.
Selain itu, hal tersebut juga menjadi bukti tidak ada jarak antara TNI dengan masyarakat.
Tamzil meminta seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Kudus bisa menjaga kondusivitas, sehingga Kota Kudus tetap aman dan damai.
"Mari kita jaga bersama Kudus tercinta ini, supaya kedepannya Kudus memiliki citra baik," ujarnya.
Komanda Kodim
Sementara itu, Komandan Kodim 0722/Kudus Letkol Inf Sentot Dwi Purnomo mengungkapkan bahwa kirab budaya merupakan rangkaian dari berbagai kegiatan yang akan digelar selama tiga hari merupakan salah satu upaya melestarikan budaya jawa.
Ia menganggap melestarikan budaya jawa, khususnya Kudus wajib hukumnya guna menghargai peninggalan para leluhur.
"Kami juga menyampaikan terima kasih kepada bupati yang mencanangkan 'iket kudusan' untuk mengangkat budaya khas Kudus," ujarnya.
Dandim Sentot menambahkan kegiatan pelestarian budaya tradisional ini, nantinya akan dikolaborasikan dengan budaya modern, kemudian dipengujung kegiatan akan ditutup dengan pengajian akbar dan doa bersama dengan harapan Kudus makin maju, makmur, dan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bekerja.
Kegiatan lain yang akan dilaksanakan, yakni sarasehan bertemakan keris sebagai warisan adiluhung bangsa, kemudian lomba berbusana jawa, pameran keris, bursa kerajinan budaya dan kuliner, pentas budaya dan pagelaran wayang kulit.
Masing-masing peserta menampilkan atraksi seni, mulai dari sejarah terbentuknya sebuah desa hingga perjuangan melawan penjajahan serta dimeriahkan kirab tiga pusaka, salah satunya pusaka peninggalan zaman Majapahit.
Ketiga pusaka tersebut, yakni keris pusaka Kiai Jaya Jigang yang merupakan keris lurus yang menggambarkan tegaknya iman dan tauhid serta melambangkan kejayaan pedagang, sebagai mana Kota Kudus sebagai kota pedagang.
Pusaka lainnya, yakni Keris Kiai Tulak. Keris ini menggambarkan doa agar mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa dan keris Kiai Kanjeng Panjeka yang merupakan peninggalan kerajaan zaman majapahit yang menggambarkan doa kepada Tuhan supaya Kudus tetap Makmur.
"Kami menyambut positif gagasan Kodim Kudus 0722/Kudus yang mempertahankan budaya lewat penyelenggaraan kirab budaya," kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil dalam sambutannya.
Ia menganggap kegiatan kirab budaya tersebut sebagai wujud kepedulian TNI untuk melestarikan budaya yang ada di nusantara ini.
Selain itu, hal tersebut juga menjadi bukti tidak ada jarak antara TNI dengan masyarakat.
Tamzil meminta seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Kudus bisa menjaga kondusivitas, sehingga Kota Kudus tetap aman dan damai.
"Mari kita jaga bersama Kudus tercinta ini, supaya kedepannya Kudus memiliki citra baik," ujarnya.
Komanda Kodim
Sementara itu, Komandan Kodim 0722/Kudus Letkol Inf Sentot Dwi Purnomo mengungkapkan bahwa kirab budaya merupakan rangkaian dari berbagai kegiatan yang akan digelar selama tiga hari merupakan salah satu upaya melestarikan budaya jawa.
Ia menganggap melestarikan budaya jawa, khususnya Kudus wajib hukumnya guna menghargai peninggalan para leluhur.
"Kami juga menyampaikan terima kasih kepada bupati yang mencanangkan 'iket kudusan' untuk mengangkat budaya khas Kudus," ujarnya.
Dandim Sentot menambahkan kegiatan pelestarian budaya tradisional ini, nantinya akan dikolaborasikan dengan budaya modern, kemudian dipengujung kegiatan akan ditutup dengan pengajian akbar dan doa bersama dengan harapan Kudus makin maju, makmur, dan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bekerja.
Kegiatan lain yang akan dilaksanakan, yakni sarasehan bertemakan keris sebagai warisan adiluhung bangsa, kemudian lomba berbusana jawa, pameran keris, bursa kerajinan budaya dan kuliner, pentas budaya dan pagelaran wayang kulit.