Solo (Antaranews Jateng) - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Soloraya menyatakan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah peternak beberapa waktu lalu akibat penurunan harga ayam mulai berdampak positif bagi kenaikan harga.
     
"Sebelum ada aksi unjuk rasa kan harga ayam Rp13.000/kg hidup, tetapi sekarang sudah mulai naik, hari ini harganya sudah di kisaran Rp16.000-16.500/kg hidup," kata Ketua Pinsar Soloraya Parjuni di Solo, Senin.
   
Ia mengatakan kenaikan terjadi secara bertahap sekitar lima hari terakhir. Meski demikian, harga tersebut belum sesuai dengan harga ideal yaitu Rp18.000-20.000/kg hidup.
   
Oleh karena itu, pihaknya masih akan berusaha berkomunikasi dengan pemerintah untuk ikut andil menstabilkan harga daging ayam hidup.
     
"Kami juga berharap untuk jangka menengah ini harga bibit ayam bisa turun dari Rp7.000-7.500/ekor menjadi Rp5.000-5.500/ekor," katanya.
     
Baca juga: Pembagian ayam gratis di Solo ricuh

Sebelumnya, Pinsar Soloraya membagikan 1.500 ekor ayam hidup kepada masyarakat di Pasar Jongke sebagai bentuk protes atas turunnya harga ayam.
     
Ia mengatakan penurunan harga ini berdampak pada kerugian yang tidak sedikit yang diderita oleh para peternak. Menurut dia, saat ini peternak rata-rata merugi Rp10.000/ekor/hari. 
     
"Kalau saya panen 10.000 ekor artinya saya rugi Rp100 juta. Kalau saya hitung porsi jateng 1,2 juta ekor. Rugi perhari Rp12 miliar maka satu bulannya Rp360 miliar hilang uang itu," katanya.
     
Ia mengatakan jika kondisi tersebut dibiarkan maka peternak kecil akan sulit bertahan. Selanjutnya, kondisi tersebut akan dimanfaatkan oleh peternak besar untuk membangun lebih banyak kandang.
   
 "Ini yang kami khawatirkan. Oleh karena itu kami minta bantuan dari pemerintah," katanya.
 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024