Jepara (Antaranews Jateng) - Nelayan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mencoba budidaya rajungan dengan membuat tambak di laut sebagai habitat asli rajungan guna mengurangi eksploitasi rajungan di laut.
Menurut Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Jogoloyo Jepara Mustain di Jepara, Minggu, selama ini nelayan hanya bisa mendapatkan rajungan di laut sehingga nelayan berlomba-lomba menangkap sebanyak-banyaknya.
Eksploitasi penangkapan yang tidak terkendali, kata dia, memang bisa berdampak terhadap ketersediaan rajungan di laut.
Untuk itulah, kata dia, nelayan di Jepara yang melakukan penangkapan rajungan di laut juga mengimbanginya dengan penebaran kembali ke alam (restocking) di sejumlah habitat rajungan.
Bahkan, kata Mustain, kelompok nelayan di daerahnya sudah memulai restocking sejak 2006.
Benih rajungan yang ditebar merupakan hasil tangkapan nelayan yang dalam kondisi bertelur, kemudian ditangkarkan secara tradisional dan dalam usia tertentu yang diperkirakan bisa bertahan hidup di laut selanjutnya ditebar.
Tanpa upaya tersebut, nelayan memastikan populasi rajungan dipastikan akan langka karena selama ini ada nelayan yang masih mengambil rajungan yang bertelur serta ada pula yang masih anak-anak atau belum dewasa.
Upaya lain yang sedang ditempuh, yakni dengan melakukan budidaya rajungan di laut dengan membuat tambak yang selama ini dimungkinkan belum ada yang mencoba.
"Saya juga sudah memiliki keinginan lama untuk mencoba melakukan budidaya rajungan di habitat alaminya," ujarnya.
Sebelumnya, kata dia, nelayan di tempatnya juga sempat berkonsultasi kepada Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (BBPBAP) Jepara terkait teknik budidaya rajungan yang dimungkinkan bisa dilakukan dengan biaya operasional yang murah.
Karena nelayan tidak memungkinkan melakukan budidaya dengan biaya yang mahal, akhirnya mencoba membuat semacam tambak di bibir pantai di Pulau Panjang dengan jarak dari tepi pantai sekitar 15 meteran, sedangkan ukuran tambaknya sekitar 10x4 meter.
Jumlah benih rajungan yang ditebar pada bulan Agustus 2018 berkisar 15.000 ekor yang merupakan hasil penangkaran secara tradisional.
Setiap nelayan yang menangkap rajungan dalam kondisi bertelur, katanya, dikumpulkan untuk ditangkarkan karena sebelumnya benih rajungan tersebut juga ditebar kembali ke laut.
Ukuran tambak yang dibuat sementara ini, katanya, masih akan diperluas menjadi 15x30 meter sebagai ukuran ideal untuk budidaya rajungan.
Makanan rajungan tersebut, akan memanfaatkan ikan rucah hasil tangkapan nelayan yang diperkirakan dalam usia 60-an hari sudah siap dipanen.
Menurut Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Jogoloyo Jepara Mustain di Jepara, Minggu, selama ini nelayan hanya bisa mendapatkan rajungan di laut sehingga nelayan berlomba-lomba menangkap sebanyak-banyaknya.
Eksploitasi penangkapan yang tidak terkendali, kata dia, memang bisa berdampak terhadap ketersediaan rajungan di laut.
Untuk itulah, kata dia, nelayan di Jepara yang melakukan penangkapan rajungan di laut juga mengimbanginya dengan penebaran kembali ke alam (restocking) di sejumlah habitat rajungan.
Bahkan, kata Mustain, kelompok nelayan di daerahnya sudah memulai restocking sejak 2006.
Benih rajungan yang ditebar merupakan hasil tangkapan nelayan yang dalam kondisi bertelur, kemudian ditangkarkan secara tradisional dan dalam usia tertentu yang diperkirakan bisa bertahan hidup di laut selanjutnya ditebar.
Tanpa upaya tersebut, nelayan memastikan populasi rajungan dipastikan akan langka karena selama ini ada nelayan yang masih mengambil rajungan yang bertelur serta ada pula yang masih anak-anak atau belum dewasa.
Upaya lain yang sedang ditempuh, yakni dengan melakukan budidaya rajungan di laut dengan membuat tambak yang selama ini dimungkinkan belum ada yang mencoba.
"Saya juga sudah memiliki keinginan lama untuk mencoba melakukan budidaya rajungan di habitat alaminya," ujarnya.
Sebelumnya, kata dia, nelayan di tempatnya juga sempat berkonsultasi kepada Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (BBPBAP) Jepara terkait teknik budidaya rajungan yang dimungkinkan bisa dilakukan dengan biaya operasional yang murah.
Karena nelayan tidak memungkinkan melakukan budidaya dengan biaya yang mahal, akhirnya mencoba membuat semacam tambak di bibir pantai di Pulau Panjang dengan jarak dari tepi pantai sekitar 15 meteran, sedangkan ukuran tambaknya sekitar 10x4 meter.
Jumlah benih rajungan yang ditebar pada bulan Agustus 2018 berkisar 15.000 ekor yang merupakan hasil penangkaran secara tradisional.
Setiap nelayan yang menangkap rajungan dalam kondisi bertelur, katanya, dikumpulkan untuk ditangkarkan karena sebelumnya benih rajungan tersebut juga ditebar kembali ke laut.
Ukuran tambak yang dibuat sementara ini, katanya, masih akan diperluas menjadi 15x30 meter sebagai ukuran ideal untuk budidaya rajungan.
Makanan rajungan tersebut, akan memanfaatkan ikan rucah hasil tangkapan nelayan yang diperkirakan dalam usia 60-an hari sudah siap dipanen.