Sukoharjo (Antaranews) - Kedatangan Calon Wakil Presiden RI Sandiaga Salahudin Uno di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu,  diwarnai unjuk rasa sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa UMS.

    Mereka sempat masuk halaman GOR, ketika Sandiaga mengisi kuliah umum tentang kewirausahaan. Petugas keamanan kampus meminta mereka keluar.

     Meski demikian, hal itu tidak menghentikan mahasiswa. Mereka terus menyampaikan orasi di luar pagar GOR.

    Pedemo Abdulrahman mengatakan bahwa aksinya itu merupakan bentuk penolakan politisasi kampus.

     "Jika berhubungan dengan kepentingan 2019, kami menolak. Memang ketika kondisi seperti ini generasi milenial, termasuk mahasiswa, yang paling diunggulkan," katanya.

     Meski demikian, menurut dia, kedatangan Sandiaga Uno ke UMS justru berpotensi mencederai nama baik mahasiswa dan universitas.

     "Dari mana pun kami akan menolak keras. Hentikan politisasi di lingkungan kampus," kata mahasiswa Teknik Mesin UMS tersebut.

     Pengunjuk rasa lainnya, Muhammad Ismail, menegaskan bahwa penolakan itu  bukan berarti bentuk dukungan terhadap capres lain, Joko Widodo.
   
 "Kami bukan berarti mendukung Joko Widodo. Yang pasti kami menolak politisasi kampus. Oleh karena itu, kami ingin kampus juga membuka ruang demokrasi seluas-luasnya. Kampus memiliki tugas independen yang tidak boleh dipolitisasi," kata mahasiswa Jurusan Teknik Elektro tersebut.

     Sementara itu, Rektor UMS Sofyan Anif memastikan bahwa kedatangan Sandiaga Uno dan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan tidak berhubungan dengan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2019.

     Sandiaga Uno diundang dalam kapasitasnya sebagai pengusaha muda dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
 
     "Pak Sandi sudah kami undang sejak Juli 2018, pada saat itu masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta dan jauh sebelum penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Akan tetapi, baru bisa datang hari ini," kata Sofyan Anif.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024