Solo (Antaranews Jateng) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menyatakan industri di dalam negeri masih membutuhkan keberadaan tenaga kerja asing (TKA) khususnya di bidang pemasaran.
"Terutama untuk industri garmen yang selama ini orientasinya ekspor, mereka membutuhkan TKA dari negara tujuan ekspornya," kata Ketua Apindo Jateng Frans Kongi di Solo, Kamis.
Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik konsumen di pasar yang dituju, termasuk apa yang dibutuhkan oleh konsumen.
"Misalnya model baju seperti apa, corak seperti apa yang mereka inginkan. Memang industri harus bayar mahal untuk menggaji TKA tetapi kan kita dapat order," katanya.
Ia tidak memungkiri selama ini industri kerap kerepotan dengan upah yang harus diberikan kepada TKA. Menurut dia, upah TKA asal Tiongkok termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.?
"Untuk TKA dari Tiongkok paling tidak upahnya lima kali lipat dari tenaga kerja lokal. Apalagi dari Eropa dan Amerika Serikat, upahnya bisa puluhan kali lipat lebih tinggi," katanya.
Oleh karena itu, dikatakannya, pemilik perusahaan berupaya terus memperbaiki kualitas SDM lokal agar kemampuannya bisa menyamai TKA.
"Di dunia usaha kalau kami pakai satu TKA paling tidak kami siapkan 20 orang dari lokal yang kemampuannya mendekati dia. Kami awasi mereka, setelah itu silakan (TKA, red) pulang," katanya.
Di sisi lain, ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menggalakkan program vokasi. Menurut dia, program tersebut dapat mencetak SDM yang unggul dan produktif.
"Kalau program vokasi ini bisa berjalan baik ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, saya yakin makin banyak investor yang masuk ke Indonesia. Dengan begitu pengusaha dapat meminimalisasi jumlah TKA," katanya.
"Terutama untuk industri garmen yang selama ini orientasinya ekspor, mereka membutuhkan TKA dari negara tujuan ekspornya," kata Ketua Apindo Jateng Frans Kongi di Solo, Kamis.
Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik konsumen di pasar yang dituju, termasuk apa yang dibutuhkan oleh konsumen.
"Misalnya model baju seperti apa, corak seperti apa yang mereka inginkan. Memang industri harus bayar mahal untuk menggaji TKA tetapi kan kita dapat order," katanya.
Ia tidak memungkiri selama ini industri kerap kerepotan dengan upah yang harus diberikan kepada TKA. Menurut dia, upah TKA asal Tiongkok termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.?
"Untuk TKA dari Tiongkok paling tidak upahnya lima kali lipat dari tenaga kerja lokal. Apalagi dari Eropa dan Amerika Serikat, upahnya bisa puluhan kali lipat lebih tinggi," katanya.
Oleh karena itu, dikatakannya, pemilik perusahaan berupaya terus memperbaiki kualitas SDM lokal agar kemampuannya bisa menyamai TKA.
"Di dunia usaha kalau kami pakai satu TKA paling tidak kami siapkan 20 orang dari lokal yang kemampuannya mendekati dia. Kami awasi mereka, setelah itu silakan (TKA, red) pulang," katanya.
Di sisi lain, ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menggalakkan program vokasi. Menurut dia, program tersebut dapat mencetak SDM yang unggul dan produktif.
"Kalau program vokasi ini bisa berjalan baik ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, saya yakin makin banyak investor yang masuk ke Indonesia. Dengan begitu pengusaha dapat meminimalisasi jumlah TKA," katanya.