Jakarta (Antara) - Ketua Harian Pengurus Besar Persatuan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sekaligus manajer pencak silat Indonesia di Asian Games 2018, Edhy Prabowo, membantah berlaku curang hingga membuat Indonesia meraih delapan medali emas dari 10 nomor yang dipertandingkan dalam babak final di ajang Asian Games, Senin.
Dengan delapan emas itu, jelas dominasi Indonesia sangat tidak terbantahkan di pencak silat. Apalagi, kontingen Malaysia sempat mengajukan protes hingga merusak dinding ruang pemanasan bagi atlet. Pembinaan atlet silat nasional ada di tangan perguruan yang menginduk pada PB IPSI dengan Prabowo Subianto sebagai ketua umumnya.
"Banyak yang meragukan silat akan kembali dipertandingkan di gelaran olahraga selanjutnya, saya bilang tidak bisa. Ada rekam digital, kita bicara kualitas. Kami dapat emas itu karena kualitas," kata dia.
Menurut dia, anggapan yang menyebut silat telah berbuat curang sebaiknya jangan ditanggapi serius. Dia bahkan optimistis cabang olahraga itu akan dipertandingkan di olimpiade.
"Saya tidak berpikir Indonesia terlalu mendominasi silat sehingga akan dihapus. Kita main fair play, silat di Asian Games ini cuma batu loncatan agar bisa dipertandingkan di Olimpiade," katanya.
Mengenai protes dari Malaysia karena diduga dicurangi, kata dia, protes adalah hal yang biasa dalam pertandingan. Kalau ingin protes ada aturannya, ujarnya.
"Wasit yang ada dari beberapa negara. Tidak mungkin kami mengatur wasit. Kecuali, wasitnya dari Indonesia. Kalau saya memang mau berbuat curang, mungkin sejak menyusun jadwal pertandingan akan tentukan jadwal yang berlaku," kata dia.
Sebelumnya, pesilat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari, mundur dari pertandingan melawan Komamg Putra, hanya dua detik menjelang laga babak ketiga usai, tepatnya pada menit 01:58.
Jamari mundur dari pertandingan karena menganggap wasit juri tidak adil dalam memberikan penilaian. Di belakang arena, tepatnya ruang pemanasan untuk atlet, dia sempat meluapkan emosinya dengan memukul bangunan dari tripleks hingga jebol.
Jamari emosi dan marah-marah hingga sempat ditenangkan pelatihnya. Ia meluapkan kemarahannya itu lantaran tidak menerima poin yang diberikan oleh wasit juri.
"Saya tidak marah dengan pesilatnya atau pendukungnya, tapi saya marah dengan wasit karena tidak memberikan nilai dengan adil," kata dia, yang menyayangkan keputusan wasit tersebut.
Dalam laga final tadi, Indonesia keluar sebagai juara umum di cabang pencak silat Asian Games 2018 setelah menyapu bersih delapan medali emas.
Medali emas pertama dari cabang pencak silat disumbang dari Puspa Arumsari di nomor tunggal putri, Yola Jampil dan Hendy (ganda putra), Nunu Nugraha, Asep Sani, dan Anggi Mubarok (tim putra), Aji Pamungkas, Komang Putra, Iqbal Pratama, Sarah Monita, dan Abdul Malik.
Dengan delapan emas itu, jelas dominasi Indonesia sangat tidak terbantahkan di pencak silat. Apalagi, kontingen Malaysia sempat mengajukan protes hingga merusak dinding ruang pemanasan bagi atlet. Pembinaan atlet silat nasional ada di tangan perguruan yang menginduk pada PB IPSI dengan Prabowo Subianto sebagai ketua umumnya.
"Banyak yang meragukan silat akan kembali dipertandingkan di gelaran olahraga selanjutnya, saya bilang tidak bisa. Ada rekam digital, kita bicara kualitas. Kami dapat emas itu karena kualitas," kata dia.
Menurut dia, anggapan yang menyebut silat telah berbuat curang sebaiknya jangan ditanggapi serius. Dia bahkan optimistis cabang olahraga itu akan dipertandingkan di olimpiade.
"Saya tidak berpikir Indonesia terlalu mendominasi silat sehingga akan dihapus. Kita main fair play, silat di Asian Games ini cuma batu loncatan agar bisa dipertandingkan di Olimpiade," katanya.
Mengenai protes dari Malaysia karena diduga dicurangi, kata dia, protes adalah hal yang biasa dalam pertandingan. Kalau ingin protes ada aturannya, ujarnya.
"Wasit yang ada dari beberapa negara. Tidak mungkin kami mengatur wasit. Kecuali, wasitnya dari Indonesia. Kalau saya memang mau berbuat curang, mungkin sejak menyusun jadwal pertandingan akan tentukan jadwal yang berlaku," kata dia.
Sebelumnya, pesilat Malaysia, Mohd Al Jufferi Jamari, mundur dari pertandingan melawan Komamg Putra, hanya dua detik menjelang laga babak ketiga usai, tepatnya pada menit 01:58.
Jamari mundur dari pertandingan karena menganggap wasit juri tidak adil dalam memberikan penilaian. Di belakang arena, tepatnya ruang pemanasan untuk atlet, dia sempat meluapkan emosinya dengan memukul bangunan dari tripleks hingga jebol.
Jamari emosi dan marah-marah hingga sempat ditenangkan pelatihnya. Ia meluapkan kemarahannya itu lantaran tidak menerima poin yang diberikan oleh wasit juri.
"Saya tidak marah dengan pesilatnya atau pendukungnya, tapi saya marah dengan wasit karena tidak memberikan nilai dengan adil," kata dia, yang menyayangkan keputusan wasit tersebut.
Dalam laga final tadi, Indonesia keluar sebagai juara umum di cabang pencak silat Asian Games 2018 setelah menyapu bersih delapan medali emas.
Medali emas pertama dari cabang pencak silat disumbang dari Puspa Arumsari di nomor tunggal putri, Yola Jampil dan Hendy (ganda putra), Nunu Nugraha, Asep Sani, dan Anggi Mubarok (tim putra), Aji Pamungkas, Komang Putra, Iqbal Pratama, Sarah Monita, dan Abdul Malik.