Solo (Antaranews Jateng) - Empat mahasiswa S1 Farmasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menginisiasi kader Apoteker Keluarga Unggulan (AKU) di Desa Sendang, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.

"Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama tiga bulan, bekerja sama dengan perangkat dan bidan Desa Sendang," kata salah satu mahasiswa Qisti Aulia Khoiry di Solo, Selasa.

Ia mengatakan pengabdian yang dilakukan meliputi sosialisasi, pelatihan materi maupun praktik langsung, monitoring, dan evaluasi. Menurut dia, kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak April 2018.

"Tepatnya setelah dinyatakan lolos didanai Dikti, baru kemudian dilaksanakan," katanya.

Ia mengatakan Desa Sendang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Purwantoro di bawah naungan Puskesmas Purwantoro II yang memiliki satu tenaga kesehatan di Desa Sendang.

"Masyarakat Desa Sendang mayoritas bekerja sebagai petani padi. Berdasarkan laporan KKN UNS 2017 di Desa Sendang pernah ditemukan kasus kesalahan swamedikasi penggunaan antibiotik. Hal ini tentu menjadi perhatian yang sangat serius dalam bidang kesehatan," katanya.

Melihat kondisi tersebut, dikatakannya, diperlukan upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait penggunaan obat secara dasar.

"Pemahaman tersebut dirangkum sebagaimana mestinya agar mudah diterima oleh masyarakat," katanya.

Ia mengatakan proses pengabdian yang dilakukan adalah melalui pemberian materi dengan mini kurikulum yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik.

"Proses ini diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap dan selangkah demi selangkah. Evaluasi program dilakukan dengan pemberian `pre-test` dan `post-test`," katanya.

Ia mengatakan hasil "pre-test" dan "post-test" adalah untuk membandingkan apakah ada perubahan setelah pemberian materi oleh tim.

"Ini dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk melihat pemahaman dari para kader terhadap materi yang disampaikan. Harapannya adalah lebih dari 80 persen peserta dapat memahami materi yang telah disampaikan," katanya.

Ia mengatakan kalangan ibu dipilih sebagai target sasaran dengan alasan bahwa ibu adalah pahlawan pertama dalam keluarga apabila ada yang sakit.

"Maka ibu sebagai pahlawan kesehatan dalam keluarga harus tahu pengobatan yang tepat dan rasional saat melakukan swamedikasi saat anggota keluarga sakit. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan oleh pasien sendiri," katanya.

Ia mengatakan swamedikasi biasa dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat.

"Pada pelaksanaanya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadi kesalahan pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap obat dan penggunaanya," katanya.

Adapun, selain Qisti, tiga mahasiswa lain yang masuk dalam tim tersebut yaitu Fathya Ulfa, Wening Wulandari, dan Muthia Syafira.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024