Boyolali (Antaranews Jateng) - Ratusan warga di Desa Garangan Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, sejak musim kemarau tiba awal Juli hingga Agustus ini, mengalami kelangkaan air bersih untuk menenuhi kebutuhan sehari-hari.

Indriyanti, warga RT 04 RW 01 Dukuh/Desa Garangan Wonosegoro Boyolali, Rabu, mengatakan, kekurangan air bersih sejak awal Juli 2018 hingga sekarang dan mereka hanya mengandalkan air dari  belik atau sumur kecil yang dibuat di dasar sungai yang kering di desa setempat.

Bahkan, air belik yang dibuat warga keluar hanya sedikit, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari untuk memasak, minum, mencuci, dan mandi anggota keluarganya.

Menurut Indriyanti, Sungai Garangan yang membelah desa tersebut jika musim kemarau tiba dasarnya kering sehingga warga berusaha mencari air dengan membuat belik kira-kira sedalam 1,5 meter bisa keluar airnya meski hanya sedikit.

Namun, air belik tersbeut sudah dapat membantu masyarakat di Desa Garangan yang sudah menjadi langganan langka air bersih setiap tahun jika musim kemarau tiba.

"Dukuh kami selama musim kemarau tahun ini, belum pernah menerima bantuan droping air bersih. Warga hanya mengandalkan air belik itu, untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Menyinggung soal sumur warga di rumah yang memiliki kedalaman sekitar 8 meter hingga 9 meter, Indriyanti menjelaskan mudah tidak keluar
sumber mata airnya sejak Juli  hingga sekarang, sehingga warga memilih mencari air di dasar sungai dengan membut sumur kecil.

"Menurut dia, warga di Desa garangan maroritas bekerja sebagai petani lahan tadah hujan. Jika memasuki musim hujan warga mulai mengolah lahannya  untuk ditanaman tanaman jagung dan kedelai. Untuk tanaman padi hanya daerah yang memiliki lahan irigasi teknis atau jika hujan turun terus menerus," katanya.

Nur Siaman (34), warga Desa Garangan, menyatakan warga Desa Garangan memang banyak yang mengalami kesulitan air bersih, dan daerahnya belum ada bantuan air bersih baik dari Pemerintah daerah, PMI maupun pihak swasta.

"Saya pernah melihat daerah desa lain, banyak mendapatkan air bersih untuk kebutuhan warga. Saya berharap desa juga mendapat bantuan air bersih untuk meringankan beban warga yang kesulitan mencari air bersih," kata  Nur Siamah.

Menurut Nur Siamah warga terutama perempuan jika memasuki musim kemarau seperti saat ini, merasa susah  berada di rumah, sedangkan kaum laki-laki kebanyakan bekerja mencari nafkah merantau di daerah lain.

Menurut dia, warga Desa Garangan pada musim kemarau tiba masih diuntungkan ada sungai yang mengering melintas wilayah desa, sehingga warga banyak yang memanfaatkan mencari air dengan membuat sumur kecil di dasar sungai yang kering itu.

"Saya mengambil air tidak terlalu jauh berjalan ke belik di dasar sungai itu, paling sekitar 100 meter dari rumah," katanya.

Sekretaris Camat Wonosegoro Sujiyo mengatakan hampir semua desa di Kecamatan Wonosegoro yang mengalami kelangkaan air bersih setiap musim kemarau tiba. Wilayah ini, merupakan lahan tadah hujan sehingga warga hanya mengandalkan air hujan untuk mengolah ladangnya.

Sujiyo mengatakan  langka air bersih yang dirasakan oleh warga di Wonosegoro terjadi sejak Juli hingga sekarang. Namun, sebagian warga sudah mendapatkan bantuan air bersih dari BPBD Boyolali, Polres, PMI, dan instansi lainnya untuk membantu warga mengurangi bebannya di daerah bencana kekeringan. 
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024