Purwokerto (Antaranews Jateng) - Inflasi di Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah, masih terjaga selama semester pertama 2018, kata Detasir Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Andi Reina Sari.

"Secara keseluruhan kalau dibandingkan dengan Jawa Tengah, kalau (Bank Indonesia) Purwokerto kan ada dua daerah menjadi `share` terhadap inflasi di Jawa Tengah, bisa kami bilang relatif terjaga secara umum," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Menurut dia, hal itu disebabkan inflasi di Purwokerto dan Cilacap belum melampaui target yang sebesar 3,5 plus minus 1 persen karena masih sekitar 2 persen sehingga masih tergolong aman.

Ia mengatakan jika dalam lima bulan berikutnya bisa dijaga lagi, diharapkan bisa lebih aman.

"Kemarin (Juli, red.) inflasi di kota Purwokerto dan Cilacap itu juga di bawah Semarang. Inflasi di Jawa Tengah 0,1 persen, sedangkan Semarang 0,11 persen, Purwokerto 0,08 persen, dan Cilacap 0,09 persen, mudah-mudahan ke depan makin bisa dijaga," katanya.

Reina mengakui jika faktor penyumbang inflasi bulan Juli di enam kota survei biaya hidup (SBH) di Jawa Tengah hampir seragam.

Menurut dia, Juli 2018 masih dipengaruhi dampak pascalebaran sehingga faktor penyumbang inflasi yang selalu terjadi adalah kenaikan upah pembantu rumah tangga.

"Kalau tidak (upahnya) dinaikkan, pembantunya tidak mau balik (bekerja)," katanya.

Selain itu, kata dia, bulan Juli merupakan tahun ajaran baru di sekolah atau perguruan tinggi sehingga biaya pendidikan turut menyumbang inflasi.

Bahkan, lanjut dia, biaya pendidikan diprediksi masih akan menjadi penyumbang inflasi pada Agustus dan September karena sampai sekarang belum seluruhnya masuk sekolah atau kuliah.

"Kemarin juga pada awal bulan ada pengaruh kenaikan harga pertamax atau BBM. Kalau komoditas pangan, kemarin yang agak naik itu harga telur dan daging ayam akibat ada pembaruan bibit tapi mudah-mudahan ke depan pemerintah sudah mengantisipasi," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024