Jakarta (Antaranews Jateng) - Toyota Kijang yang menyandang gelar raja jalanan sekaligus mobil keluarga legendaris mencatat produksi dua juta unit sejak diluncurkan tahun 1977 hingga semester pertama 2018.
Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam di Jakarta, Senin, mengatakan produksi ke-2 juta itu lahir dari pabrik Karawang 1, dengan tipe Kijang Innova V berwarna white pearl bertransmisi otomatis (A/T).
“Toyota Kijang Innova V tersebut untuk tujuan ekspor ke Saudi Arabia,” katanya.
Ia menjelaskan selama ini Toyota Kijang yang telah memasuki generasi ke6, merupakan andalan TMMIN.
Produksi mobil serbaguna (MPV) menengah itu menguasai 57 persen dari total produksi TMMIN yang kini telah mencapai lebih dari 3,5 juta unit.
“Produksi Toyota Kijang ke-2 juta itu tidak mungkin tercapai tanpa sinergi kuat dari hulu ke hilir, mulai dari para pemasok komponen hingga jaringan dealer,” kata Bob.
Ia pun bercerita tentang sejarah produksi kendaraan legendaris yang dirancangbangun mengikuti selera pasar Indonesia itu.
Kelahiran Toyota Kijang tidak lepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri alat angkut serba guna di pertengahan 1970-an yang direspon Toyota dengan membuat Basic Utility Vehicle (BUV).
“Pada saat itulah Toyota Kijang generasi pertama lahir dan diluncurkan pada Juni 1977,” katanya.
Namun seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, Toyota Kijang terus dikembangkan dari sekedar kendaraan basic dari sekedar alat angkut menjadi kendaraan penumpang yang nyaman dengan konsep tujuh penumpang.
Toyota Kijang generasi ke-2 yang dibuat tahun 1981 menandai perubahan mobil tersebut dari kendaraan niaga menjadi mobil penumpang dengan konsep Multi-Propose Vehicle (MPV).
“Sejak saat itu, Toyota Kijang tidak lagi dikenal sebagai kendaraan angkutan barang,” ujar Bob.
Kontribusi yang besar juga ditunjukan Toyota dalam pengembangan industri otomotif nasional melalui peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) Toyota Kijang yang semakin tinggi dari 19 persen menjadi 85 persen.
Seiring dengan perkembangan industri otomotif Indonesia. Berawal di angka 19 % pada Kijang generasi pertama, TKDN Kijang merangkak naik menjadi 30 % pada generasi kedua. Keseriusan untuk meningkatan kandungan lokal terus ditunjukan dengan penambahan rasio kandungan lokal Kijang menjadi 40 % pada Kijang generasi ketiga/Kijang Super yang diluncurkan tahun 1986.
“Peningkatan TKDN Toyota Kijang ini juga tidak terlepas dari dukungan pemasok lokal yang awalnya hanya berjumlah delapan perusahaan pada 1977, kini menjadi 139 perusahaan,” kata Bob.
Kini, lanjut dia, Toyota Kijang, dengan nama Innova telah menjadi produk MPV global Toyota dengan basis produksi di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
“Toyota Kijang menjadi pembuka jalan bagi model-model lainnya mobil Toyota untuk diproduksi secara lokal di Indonesia,” ujarnya.
Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam di Jakarta, Senin, mengatakan produksi ke-2 juta itu lahir dari pabrik Karawang 1, dengan tipe Kijang Innova V berwarna white pearl bertransmisi otomatis (A/T).
“Toyota Kijang Innova V tersebut untuk tujuan ekspor ke Saudi Arabia,” katanya.
Ia menjelaskan selama ini Toyota Kijang yang telah memasuki generasi ke6, merupakan andalan TMMIN.
Produksi mobil serbaguna (MPV) menengah itu menguasai 57 persen dari total produksi TMMIN yang kini telah mencapai lebih dari 3,5 juta unit.
“Produksi Toyota Kijang ke-2 juta itu tidak mungkin tercapai tanpa sinergi kuat dari hulu ke hilir, mulai dari para pemasok komponen hingga jaringan dealer,” kata Bob.
Ia pun bercerita tentang sejarah produksi kendaraan legendaris yang dirancangbangun mengikuti selera pasar Indonesia itu.
Kelahiran Toyota Kijang tidak lepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri alat angkut serba guna di pertengahan 1970-an yang direspon Toyota dengan membuat Basic Utility Vehicle (BUV).
“Pada saat itulah Toyota Kijang generasi pertama lahir dan diluncurkan pada Juni 1977,” katanya.
Namun seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, Toyota Kijang terus dikembangkan dari sekedar kendaraan basic dari sekedar alat angkut menjadi kendaraan penumpang yang nyaman dengan konsep tujuh penumpang.
Toyota Kijang generasi ke-2 yang dibuat tahun 1981 menandai perubahan mobil tersebut dari kendaraan niaga menjadi mobil penumpang dengan konsep Multi-Propose Vehicle (MPV).
“Sejak saat itu, Toyota Kijang tidak lagi dikenal sebagai kendaraan angkutan barang,” ujar Bob.
Kontribusi yang besar juga ditunjukan Toyota dalam pengembangan industri otomotif nasional melalui peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) Toyota Kijang yang semakin tinggi dari 19 persen menjadi 85 persen.
Seiring dengan perkembangan industri otomotif Indonesia. Berawal di angka 19 % pada Kijang generasi pertama, TKDN Kijang merangkak naik menjadi 30 % pada generasi kedua. Keseriusan untuk meningkatan kandungan lokal terus ditunjukan dengan penambahan rasio kandungan lokal Kijang menjadi 40 % pada Kijang generasi ketiga/Kijang Super yang diluncurkan tahun 1986.
“Peningkatan TKDN Toyota Kijang ini juga tidak terlepas dari dukungan pemasok lokal yang awalnya hanya berjumlah delapan perusahaan pada 1977, kini menjadi 139 perusahaan,” kata Bob.
Kini, lanjut dia, Toyota Kijang, dengan nama Innova telah menjadi produk MPV global Toyota dengan basis produksi di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
“Toyota Kijang menjadi pembuka jalan bagi model-model lainnya mobil Toyota untuk diproduksi secara lokal di Indonesia,” ujarnya.