Wonosobo, Antaranews Jateng - Fenomena embun upas atau embun beku di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, akhir-akhir ini mengakibatkan tanaman kentang mati sehingga petani merugi jutaan rupiah.
Petani Dieng Wetan Muslimin di Wonosobo, Rabu, mengatakan kerugian petani akibat munculnya embun upas mencapai puluhan juta rupiah.
"Saya rugi sekitar Rp25 juta dari lahan yang saya tanami kentang seluas tiga perempat hektare di tiga lokasi," katanya.
Ia menuturkan embun upas kembali muncul pada Rabu pagi di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Ia mengatakan seperti sebelumnya, para petani sebenarnya sudah mahfum dengan kondisi tersebut, namun setiap terjadi tetap merasa sangat terpukul.
Petani lain Sugiyono mengaku tidak terlalu banyak mengalami kerugian, karena sebelumnya sudah menyadari potensi bahaya apabila menanam kentang di bulan Juli-Agustus.
"Kalau saya berdasarkan pengalaman saja, sehingga untuk melalui bulan Juli-Agustus memilih banyak menanam tanaman lain seperti kobis, daun bawang, dan wortel," katanya.
Menurut dia jenis tanaman tersebut lebih tahan terhadap munculnya embun upas sehingga dampak kerugian yang ditimbulkan pun tidak terlalu besar.
Selain itu, katanya harga komoditas kentang pada pertengahan tahun tidak terlalu tinggi, yaitu di kisaran Rp6.000 hingga Rp8.000 per kilogram tergantung jenis dan kualitasnya.
Aktivis sosial asal Wonosobo, Agus Purnomo yang turut memantau situasi di Dieng mengaku merasa rihatin terhadap kondisi petani kentang.
"Memang semestinya para petani dapat memetik pengalaman, agar di tahun-tahun mendatang tidak mengalami kejadian serupa," katanya.
Agus berharap agar para petani di kawasan Dieng tidak hanya bergantung pada komoditas kentang dan berupaya untuk menanam jenis tanaman lain yang lebih tahan ketika menghadapi embun beku.
Petani Dieng Wetan Muslimin di Wonosobo, Rabu, mengatakan kerugian petani akibat munculnya embun upas mencapai puluhan juta rupiah.
"Saya rugi sekitar Rp25 juta dari lahan yang saya tanami kentang seluas tiga perempat hektare di tiga lokasi," katanya.
Ia menuturkan embun upas kembali muncul pada Rabu pagi di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Ia mengatakan seperti sebelumnya, para petani sebenarnya sudah mahfum dengan kondisi tersebut, namun setiap terjadi tetap merasa sangat terpukul.
Petani lain Sugiyono mengaku tidak terlalu banyak mengalami kerugian, karena sebelumnya sudah menyadari potensi bahaya apabila menanam kentang di bulan Juli-Agustus.
"Kalau saya berdasarkan pengalaman saja, sehingga untuk melalui bulan Juli-Agustus memilih banyak menanam tanaman lain seperti kobis, daun bawang, dan wortel," katanya.
Menurut dia jenis tanaman tersebut lebih tahan terhadap munculnya embun upas sehingga dampak kerugian yang ditimbulkan pun tidak terlalu besar.
Selain itu, katanya harga komoditas kentang pada pertengahan tahun tidak terlalu tinggi, yaitu di kisaran Rp6.000 hingga Rp8.000 per kilogram tergantung jenis dan kualitasnya.
Aktivis sosial asal Wonosobo, Agus Purnomo yang turut memantau situasi di Dieng mengaku merasa rihatin terhadap kondisi petani kentang.
"Memang semestinya para petani dapat memetik pengalaman, agar di tahun-tahun mendatang tidak mengalami kejadian serupa," katanya.
Agus berharap agar para petani di kawasan Dieng tidak hanya bergantung pada komoditas kentang dan berupaya untuk menanam jenis tanaman lain yang lebih tahan ketika menghadapi embun beku.