Semarang (Antaranews Jateng) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bersama Lembaga Ketahanan Nasional terus mengingatkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada masyarakat agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Ada dua pendekatan yang kami lakukan untuk mengingatkan kembali nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan yakni 'experience learning' dan 'project based learning'," kata Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Silverius Yoseph Soeharso di Semarang, Selasa.
Ia menjelaskan pendekatan "experience learning" dilakukan dengan cara menyenangkan yang disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak monoton, seperti ceramah, sedangkan "project based learning" lebih pada kegiatan melibatkan masyarakat, seperti jambanisasi serta pengadaan air bersih.
"Dengan kata lain, Pancasila tidak hanya diperbincangkan di ruang-ruang kelas, tapi betul-betul hidup di masyarakat, lebih kreatif dan inovatif," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan pria yang akrab disapa Soni itu di sela diskusi kelompok terpumpun wawasan kebangsaan dengan tema "Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Kalangan PTN/PTS dan Pendidik".
Ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo berkomitmen memantapkan ideologi Pancasila kepada seluruh warga negara sehingga pemerintah berupaya membumikan Pancasila dalam setiap kehidupan kebangsaan.
Hal tersebut dilakukan karena timbul degradasi nilai-nilai Pancasila yang mengakibatkan munculnya sejumlah persoalan yang merongrong keutuhan berbangsa dan bernegara.
Direktur Lemhannas Laksamana Muda TNI Suratno juga mengakui degradasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
"Kita amati dan berdasarkan fakta-fakta yang ada sekarang ini, memang terjadi degradasi atau penurunan nilai-nilai Pancasila, padahal nilai-nilai itu diambil dari seluruh masyarakat Indonesia, penurunan nilai-nilai itu terjadi karena faktor dari luar dan dalam," katanya.
Menurut dia, pengaruh bangsa lain mengenai sistem perpolitikan atau gaya hidup banyak memengaruhi sikap masyarakat Indonesia sehingga yang lemah ideologi atau tidak paham tentang nilai Pancasila mudah tergerus dan ikut arus serta bertentangan dengan dasar negara Indonesia.
"Harapannya, para peserta FGD wawasan kebangsaan bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, terutama yang terkait dengan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono menyebutkan semua pihak harus menjaga Jateng yang diketahui sebagai benteng Pancasila dan jangan hanya sebatas mendeklarasikan secara lisan, melainkan harus mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Yang penting bagaimana kita mengimplementasikan, mengamalkan, dan menghayati secara utuh dan konsekuen, jangan hanya ngomong atau menghafalkan Pancasila tapi perilakunya tidak pancasialis," katanya.
"Ada dua pendekatan yang kami lakukan untuk mengingatkan kembali nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan yakni 'experience learning' dan 'project based learning'," kata Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Silverius Yoseph Soeharso di Semarang, Selasa.
Ia menjelaskan pendekatan "experience learning" dilakukan dengan cara menyenangkan yang disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak monoton, seperti ceramah, sedangkan "project based learning" lebih pada kegiatan melibatkan masyarakat, seperti jambanisasi serta pengadaan air bersih.
"Dengan kata lain, Pancasila tidak hanya diperbincangkan di ruang-ruang kelas, tapi betul-betul hidup di masyarakat, lebih kreatif dan inovatif," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan pria yang akrab disapa Soni itu di sela diskusi kelompok terpumpun wawasan kebangsaan dengan tema "Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Kalangan PTN/PTS dan Pendidik".
Ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo berkomitmen memantapkan ideologi Pancasila kepada seluruh warga negara sehingga pemerintah berupaya membumikan Pancasila dalam setiap kehidupan kebangsaan.
Hal tersebut dilakukan karena timbul degradasi nilai-nilai Pancasila yang mengakibatkan munculnya sejumlah persoalan yang merongrong keutuhan berbangsa dan bernegara.
Direktur Lemhannas Laksamana Muda TNI Suratno juga mengakui degradasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
"Kita amati dan berdasarkan fakta-fakta yang ada sekarang ini, memang terjadi degradasi atau penurunan nilai-nilai Pancasila, padahal nilai-nilai itu diambil dari seluruh masyarakat Indonesia, penurunan nilai-nilai itu terjadi karena faktor dari luar dan dalam," katanya.
Menurut dia, pengaruh bangsa lain mengenai sistem perpolitikan atau gaya hidup banyak memengaruhi sikap masyarakat Indonesia sehingga yang lemah ideologi atau tidak paham tentang nilai Pancasila mudah tergerus dan ikut arus serta bertentangan dengan dasar negara Indonesia.
"Harapannya, para peserta FGD wawasan kebangsaan bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, terutama yang terkait dengan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono menyebutkan semua pihak harus menjaga Jateng yang diketahui sebagai benteng Pancasila dan jangan hanya sebatas mendeklarasikan secara lisan, melainkan harus mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Yang penting bagaimana kita mengimplementasikan, mengamalkan, dan menghayati secara utuh dan konsekuen, jangan hanya ngomong atau menghafalkan Pancasila tapi perilakunya tidak pancasialis," katanya.