Semarang (Antaranews Jateng) - Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun ini yang diikuti pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen dan Sudirman Said-Ida Fauziyah telah berlangsung pada 27 Juni 2018 dengan kondusif serta tanpa ada kendala yang berarti.

Pada pilgub yang berslogan "Becik Tur Nyenengke" itu, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) tercatat 27.068.500 jiwa yang tersebar di 35 kabupaten/kota, 573 kecamatan, 8.559 desa/kelurahan, pada 63.973 tempat pemungutan suara (TPS).

Terkait dengan slogan Pilgub Jateng 2018, KPU Jateng bermaksud menyampaikan pesan sekaligus memotivasi seluruh masyarakat untuk mewujudkan pilkada tingkat provinsi sebagai pilgub yang bersih, berkualitas, berintegritas, serta menyenangkan.

Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jateng, jumlah DPT untuk pemilih laki-laki adalah 13.478.821 jiwa, sedangkan pemilih perempuan 13.589.304 jiwa sehingga pemilih Pilgub Jateng 2018 didominasi perempuan.

Berdasarkan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pilgub Jateng 2018 yang berlangsung di kantor KPU provinsi setempat, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen memperoleh 10.362.694 suara atau 58,78 persen dan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah mendapat 7.267.993 suara atau 41,22 persen.

Kendati berjalan kondusif, jumlah partisipasi pemilih pada Pilgub Jateng 2018 tercatat 18.409.492 pemilih atau 73,19 persen sehingga tidak mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya yakni 77,5 persen.

Meskipun tidak mencapai target, partisipasi pemilih Pilgub Jateng 2018 mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan pilgub lima tahun lalu yang jumlah partisipasinya hanya sebesar 56,15 persen.

Tingkat partisipasi masyarakat tertinggi terdapat di Kabupaten Temanggung dengan 90,90 persen atau 509.410 pemilih, sedangkan Kabupaten Demak tercatat dengan tingkat partisipasi terendah yakni hanya 59,42 persen atau 485.698 pemilih.

Ketua KPU Provinsi Jawa Tengah Joko Purnomo menyebutkan, tidak ada catatan atau kejadian yang cukup menonjol selama masa kampanye, pemungutan suara, hingga rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diraih dua pasangan kandidat Pilgub Jateng 2018.

"Paling hanya penghitungan daftar pemilih yang salah dan itu sudah dibetulkan pada rapat pleno di tingkat atasnya. Misalnya ada kesalahan penghitungan di tingkat PPK sudah dikoreksi di tingkat kabupaten/kota, kalau ada kesalahan di kabupaten/kota, kita benarkan di tingkat provinsi," katanya.

Terkait penghitungan raihan suara, kata dia, masing-masing kandidat Pilgub Jateng 2018 menyatakan menerima dan tidak mempermasalahkannya.

KPU Jateng memberikan waktu selama 3x24 jam setelah penetapan hasil rekapitulasi kepada pasangan calon yang merasa keberatan atau tidak puas dan ingin mengajukan gugatan sengketa di Mahkamah Konstitusi.

"Kalau selama tiga hari kedepan tidak ada keberatan, maka kita akan menetapkan pasangan calon gubernur terpilih, sedangkan kalau ada sengketa ya kita tunggu keputusan MK dan maksimal 3x24 jam setelah putusan MK akan kita tetapkan pemenang Pilgub Jateng 2018," ujarnya.

Berkaitan dengan jumlah suara yang diraih Ganjar-Yasin, pasangan yang didukung PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Golkar itu memperoleh 100 persen suara dalam Pilgub Jateng 2018 di sejumlah TPS di Kabupaten Boyolali.

Anggota KPU Kabupaten Boyolali Pardiman saat dikonfirmasi menyebutkan, pasangan bernomor urut 1 itu memperoleh 100 persen suara antara lain di Kecamatan Selo ada enam TPS. Terdiri TPS 8 Desa Lencoh, TPS 4 (Suroteleng), TPS 1 dan 3 (Senden), serta TPS 1 dan 3 (Jeruk).

Kemudian, di Kecamatan Juwangi, di TPS 1 dan 3 Desa Krobokan, TPS 4 (Cerme), dan TPS 2 (Kayen). Di Kecamatan Mojosongo, di TPS 4 Desa Tambak, Wonosegoro TPS 2 dan 4  (Bengkle), serta Musuk di TPS 4 (Cluntang).

Pasangan Ganjar-Yasin sendiri memiliki visi Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari dengan slogan "Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi" (tetap tidak korupsi dan tidak membohongi).

Pasangan cagub ini akan menempatkan rakyat sebagai subjek dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan arah pembangunan, serta memperkuat akses rakyat terhadap sumber daya politik, ekonomi sosial, serta budaya, menjadi masyarakat yang guyub makmur.

Kemudian, mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang menyebar, inklusif, dan berkualitas dengan tagline Jateng Berdaya, yang berkeadilan sosial, berkeadilan gender, tanggap kebutuhan anak dan berkelanjutan, bertumpu pada pinsip-prinsip budaya gotong royong.

Yang selalu ditekankan dan telah dilaksanakan Ganjar Pranowo selama menjabat Gubernur Jateng pada periode pertama adalah memperkuat penyelenggara pemerintah yang bersih, jujur, transparan, dan akuntabel guna menjamin pelayanan publik yang cepat, tepat, nyaman, dan responsif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, terciptanya relasi sosial yang aman serta tidak diskriminatif.

Terkait dengan Program Kartu Tani yang diinisiasi Ganjar Pranowo dan telah ditindaklanjuti oleh Kementerian Pertanian dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2017 itu mempunyai tujuan untuk mengantisipasi berbagai praktik penyelewengan serta penyelundupan pada distribusi pupuk bersubsidi.

Pria kelahiran 28 Oktober 1968 itu menilai Program Kartu Tani menjadi momentum bagi para petani di Jateng menuju pertanian modern, sebab kartu ini memuat data penting sebagai basis program, baik subsidi maupun asuransi gagal panen.

Beralih ke pelayanan masyarakat, Ganjar selama kurang lebih lima tahun menjabat sudah menancapkan nilai-nilai dalam birokrasi yakni pemerintahan yang transparan, yang bersih, dan pemerintahan yang melayani berbagai bidang dengan mudah, murah, serta cepat.

Suami dari Siti Atikoh Supriyanti itu menyebutkan bahwa hal tersebut akan menjadi modal yang akan dipakainya untuk menggerakkan pemerintahan jika dirinya kembali terpilih nanti.

Mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, Ganjar telah menyatakan komitmen antikorupsinya serta menginstruksikan jajarannya untuk melakukan hal serupa.

Sementara itu, Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin mengusulkan pemberdayaan perekonomian kerakyatan melalui pesantren agar ribuan pondok pesantren yang tersebar di 35 kabupaten/kota bisa mandiri.

Putra ulama karismatik Kiai Haji Maimoen Zubaer itu berharap angka kemiskinan di Provinsi Jateng yang masih cukup tinggi bisa berkurang secara signifikan melalui Program Ekotren tersebut.
 

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024