Solo (Antaranews Jateng) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Surakarta, Jawa Tengah, mengimbau bank perkreditan rakyat (BPR) meningkatkan efisiensi untuk memperkuat pondasi ekonomi dalam negeri.
"Menguatnya nilai tukar dolar AS sedikit banyak mempengaruhi perekonomian Indonesia. Kami mengimbau untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pengelola BPR harus mampu meningkatkan efisiensi dengan memaksimalkan penggunaan teknologi," kata Ketua OJK Surakarta Laksono Dwionggo di Solo, Rabu.Ia mengatakan dengan penggunaan teknologi maka suku bunga dapat sedikit terkendali sehingga masyarakat bisa menyerap kredit lebih banyak.
"Di sisi lain pelayanan menjadi lebih cepat. Bisa bersaing dengan `fintech` yang bisa menyalurkan kredit dalam hitungan menit, tanpa tatap muka," katanya.
Meski harus diantisipasi, dikatakannya, sejauh ini penguatan mata uang dolar AS terhadap rupiah tidak begitu berpengaruh terhadap kinerja BPR.
"Mengenai kondisi ini terbukti sampai hari ini tingkat kredit bermasalah atau `non perfomance loan` (NPL) di Soloraya masih di kisaran angka 5 persen," katanya.
Ia mengatakan angka NPL BPR di Soloraya tersebut masih di bawah NPL di Jawa Tengah berada di angka 7 persen.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pemegang Saham dan Komisaris (Pesakom) Soloraya Wymbo Widjaksono mengatakan keberadaan Pesakom untuk menjembatani komunikasi antara pemegang saham BPR/BPRS dengan OJK dan stakeholder lainnya.
"Dengan berhimpunnya pengawas, komisaris, dan pemegang saham, maka apabila BPR menghadapi masalah bisa dicarikan solusi bersama," katanya.