Magelang (Antaranews Jateng) - Masyarakat Bukit Menoreh di Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno, Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan Syawalan dan gelar budaya Menoreh.
Gelar budaya yang berlangsung di Puro wacono atau Jogan Mbah Ponco di Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang hingga Selasa(19/6) tengah malam itu berlangsung sederhana.
Dalam gelar budaya tersebut dilakukan sarasehan, penampilan grup angklung desa setempat, dan pemotongan tumpeng serta dilanjutkan makan bersama-sama oleh warga di halaman Puro Wacono.
Penanggung jawab gelar budaya Menoreh Chabibullah mengatakan kegiatan syawalan dan gelar budaya yang dilaksanakan di daerah museum alam batu marmer di Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno ini menjadi satu inspirasi masyarakat dalam gerakan budaya dan gerakan kebangsaan.
"Banyak tokoh yang menggunakan dan memakai kawasan menoreh itu sebagai inspirasi perjuangan dalam mewujudkan perjuangan kemerdekaan bangsa," katanya.
Ia menuturkan momentum syawalan yang dijadikan sebagai bagian akhir dari proses puasa Ramadhan selama satu bulan yang kemudian merefleksikan diri untuk mengharapkan kasih sayang, pengampunan, dan mengharapkan kebebasan dari siksa api neraka.
Bulan Syawal ini menjadi media untuk kemudian pada suasana yang bersih, terhapus dosa kepada Yang Maha Kuasa dan juga dosa sesama manusia dengan adanya forum syawalan dan silaturahmi ini.
"Kami mendorong bagaimana di bulan Syawal ini ada gelar budaya untuk menggali potensi sumberdaya manusianya maupun sumber daya alamnya guna pembangunan bangsa ini," katanya.
Secara ekonomi, katanya sekian lama mungkin masyarakat Menoreh kalau dibandingkan dengan masyarakat lain tertinggal dengan mereka, tetapi secara potensi budaya, semangat masyarakatnya, kreatif masyarakatnya justru muncul dari kondisi yang serba dalam keterbatasan ini.
Gelar budaya dan syawalan sebagai upaya untuk mendorong kembali hal-hal itu muncul.
Dengan adanya momentum pilkada ini kami berharap dengan calon bupati, calon gubernur yang nanti jadi mau kemudian mendorong inspirasi, mendorong kreativitas, mendorong pemuliaan masyarakat menoreh baik secara sumber daya manusianya maupun dengan alam yang ada.
Sehingga dapat memberikan manfaat lebih dan kemudian masyarakat tidak berpikir eksploitasi kepada alam yang ada, tetapi menjadikan alam sebagai sahabat mereka yang selama ini terbangun sehingga ketika ada orang luar masuk adalah mendorong bagaimana mereka mempertahankan alam, seperti masyarakat menoreh bersahat dengan alam, katanya.
Gelar budaya yang berlangsung di Puro wacono atau Jogan Mbah Ponco di Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang hingga Selasa(19/6) tengah malam itu berlangsung sederhana.
Dalam gelar budaya tersebut dilakukan sarasehan, penampilan grup angklung desa setempat, dan pemotongan tumpeng serta dilanjutkan makan bersama-sama oleh warga di halaman Puro Wacono.
Penanggung jawab gelar budaya Menoreh Chabibullah mengatakan kegiatan syawalan dan gelar budaya yang dilaksanakan di daerah museum alam batu marmer di Dusun Karangsari, Desa Ngargoretno ini menjadi satu inspirasi masyarakat dalam gerakan budaya dan gerakan kebangsaan.
"Banyak tokoh yang menggunakan dan memakai kawasan menoreh itu sebagai inspirasi perjuangan dalam mewujudkan perjuangan kemerdekaan bangsa," katanya.
Ia menuturkan momentum syawalan yang dijadikan sebagai bagian akhir dari proses puasa Ramadhan selama satu bulan yang kemudian merefleksikan diri untuk mengharapkan kasih sayang, pengampunan, dan mengharapkan kebebasan dari siksa api neraka.
Bulan Syawal ini menjadi media untuk kemudian pada suasana yang bersih, terhapus dosa kepada Yang Maha Kuasa dan juga dosa sesama manusia dengan adanya forum syawalan dan silaturahmi ini.
"Kami mendorong bagaimana di bulan Syawal ini ada gelar budaya untuk menggali potensi sumberdaya manusianya maupun sumber daya alamnya guna pembangunan bangsa ini," katanya.
Secara ekonomi, katanya sekian lama mungkin masyarakat Menoreh kalau dibandingkan dengan masyarakat lain tertinggal dengan mereka, tetapi secara potensi budaya, semangat masyarakatnya, kreatif masyarakatnya justru muncul dari kondisi yang serba dalam keterbatasan ini.
Gelar budaya dan syawalan sebagai upaya untuk mendorong kembali hal-hal itu muncul.
Dengan adanya momentum pilkada ini kami berharap dengan calon bupati, calon gubernur yang nanti jadi mau kemudian mendorong inspirasi, mendorong kreativitas, mendorong pemuliaan masyarakat menoreh baik secara sumber daya manusianya maupun dengan alam yang ada.
Sehingga dapat memberikan manfaat lebih dan kemudian masyarakat tidak berpikir eksploitasi kepada alam yang ada, tetapi menjadikan alam sebagai sahabat mereka yang selama ini terbangun sehingga ketika ada orang luar masuk adalah mendorong bagaimana mereka mempertahankan alam, seperti masyarakat menoreh bersahat dengan alam, katanya.