Jakarta (Antaranews Jateng)  – Khazanah budaya Indonesia, seperti yang dimiliki masayarakat Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya memukau bangsa sendiri, namun juga membuat bangsa-bangsa lain terpesona dan bahkan ingin ikut mengangkat budaya tersebut ke tingkat lebih tinggi.

Upaya itulah yang berupaya dijalankan oleh Sekolah Tari Mada-Belantara Budaya Indonesia (Sekolah Tari Mada-BBI) bekerja sama dengan Yayasan Kelola dan Kedutaan Besar Denmark untuk mementaskan sendratari Inya Nyale, sebuah cerita rakyat Sumba, yang akan digelar pada Minggu 20 Mei 2018 di Panggung Mada, desa Weelonda kecamatan Kota Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT pukul 18.30.

“Tujuan pementasan tari ini adalah untuk mengajak generasi muda mencintai budaya dan mengembangkan kesenian tari dan music tradisional serta menampilkan kemampuan pegiat seni dan memberi kegiatan positif. Kami sebagai penyelenggara berkeyakinan bahwa melalui kegiatan seni dapat memberikan dorongan untuk melembutkan hati dan meredam potensi konflik antargolongan, antaretnis antar agama,” tutur perwakilan Sekolah Tari Mada-BBI Maria D. Andriana di Sumba Barat Daya.

Beliau juga menambahkan bahwa menghidupkan seni budaya melalui sanggar tari atau sekolah tari diharapkan juga memberikan ketrampilan yang bisa mencetak para penari professional yang dapat mengharumkan nama daerah, bangsa dan memajukan pariwisata serta ekonomi.

Pementasan sendratari Inya Nyale ini mendapatkan dukungan dari  Sanggar Tari Wano Tura, sanggar tari SMA St. Alfonsus Sumba Barat Daya dan kelompok tari dari Desa Kadiroma di Wewewa Barat. Kedubes Denmark sendiri memberikan dukungan terhadap pementasan sendratari ini melalui program Hibah Cipta Perdamaian yang merupakan kerjasama antara kedubes tersebut dengan Yayasan Kelola.

Kisah Inya Nyale sendiri merupakan cerita rakyat mengenai seorang putri yang menceburkan diri kelaut dan menjelma menjadi nyale, demi menghindari ancaman perang dari dua pemuda yang memperebutkan dirinya untuk menjadi istri.

Nyale sendiri, menurut legenda setempat, dianggap sebagai lambang kesuburan, anugerah untuk mendapat panen raya. Fenomena kehadiran nyale yang banyak dipercaya sebagai lambang masa panen yang akan subur sehingga masyarakat pun bersuka cita menyambutnya.

Kisah Inya Nyale diangkat untuk mengenalkan salah satu tradisi Nyale yaitu masa memanen cacing laut yang dilakukan oleh masyarakat Kodi, mirip yang dilakukan di Lombok dengan cerita legenda Putri Mandalika.

Selain atraksi sendratari, acara juga akan dimeriahkan oleh bintang-bintang tamu yaitu Paduan Suara Gese dari Sumba Barat Daya, Tari Betawi oleh dua penari asal Jakarta, Diah dan Emma, serta  Maria Peszezek, aktris Polandia yang sedang berada di Sumba.(Editor : Paramita).


Pewarta : Aji Cakti
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024