Magelang (Antaranews Jateng ) - Kegiatan "Festival Think" yang diselenggarakan Gereja Katolik St. Yusup Wonokerso, Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang melibatkan kalangan lintas agama sebagai bentuk membangun bersama dalam perbedaan kata Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko.

"Festival Think ke-3 dengan tema 'Ada Hadir dan Berbagi' harapannya dengan kegiatan ini orang-orang muda yang mempunyai pemikiran jernih dapat berkembang, membangun bersama dalam perbedaan," katanya di sela Festival Think di Magelang, Sabtu (19/5) malam.

Ia menuturkan hal ini menjadi salah satu kekhasan bangsa Indonesia di mana bangsa indonesia ini dibangun dari keberagaman.

Ia mengatakan dari keberagaman itu diharapkan ada kebersamaan, kebhinnekatunggalikaan yang muncul dan berkembang dalam kegiatan ini.

"Peristiwa yang melibatkan banyak pihak, orang-orang muda lintas agama, lintas iman ini tampak sekali suasana menggembirakan, damai, kekerabatan, persaudaraan yang sungguh membanggakan," katanya.

Ia berharap dari Wonokerso ini kedamaian yang ada bisa terpancar keluar, dari perdesaan ini kemudian memancar ke luar ke seluruh pelosok tanah air.

"Kita tahu situasi Indonesia saat ini cukup memprihatinkan karena dengan berbagai macam kepentingan yang mencoba untuk memporakporandakan persaudaraan, kekeluargaan dan juga kebersamaan," katanya.

Oleh karena itu, katanya melalui peristiwa semacam ini orang-orang muda yang diharapkan nanti menjadi aktor perubahan masyarakat itu mempunyai pemikiran yang jernih dan sungguh-sungguh mampu menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila, kesatuan, kebangsaan dan kebhinnekatunggalikaan.

"Kami sangat berharap acara ini sukses tidak hanya di tempat ini, tetapi berkembang terus, syukur nanti memunculkan acara-acara jejaring yang baru sehingga semakin hari semakin banyak orang yang dilibatkan dalam kebersamaan ini," katanya. 

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Allisa Wahid yang hadir dalam festival tersebut menyampaikan acara ini sebenarnya sudah dipersiapkan cukup lama, jauh hari sebelum peristiwa bom Surabaya.

"Melalui kegiatan ini luka hati saya sedikit terobati oleh saudara-saudara di sini, karena sejak hari Minggu lalu saya yakin bukan hanya hati saya sendiri yang terluka, pasti banyak di antara bapak ibu atau bahkan semua ikut terluka dengan apa yang terjadi di Surabaya dan beberapa kota yang lain," katanya.

Ia mengatakan malam hari ini warga Wonokerso menjadi pengobat luka hati bangsa.

"Kami ingin mengucapkan kepada masyarakat Wonokerso atas pelajaran yang berharga pada malam hari ini. Ini sejatinya Indonesia, ini aslinya Indonesia. Indonesia itu bukan kelompok-kelompok yang saling bermusuhan, saling membenci," katanya.

Ia menuturkan Indonesia itu bersama-sama, bekerja sama, saling menjaga satu sama lain, berjuang bersama, untuk kemajuan bersama.

"Itu aslinya Indonesia dan saya tahu malam hari ini kerja yang dilakukan oleh teman-teman dari Gereja Katolik ini tidak sendirian, ada teman-teman lain yang membantu. Saya ingin mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi warga muslim  di Wonokerso itu. Kegiatan tahunan ini kebetulan jatuhnya di bulan Ramadhan dan ternyata warga Wonokerso yang lain mendukung dan terlibat dalam acara ini," katanya.

Ia mengatakan warga muslim di Wonokerso ini menunjukkan pada warga muslim di Indonesia yang lain bahwa ini caranya hidup bersama sebagai saudara sebangsa dan setanah air. 
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024