Kudus (Antaranews Jateng) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mewaspadai kemungkinan beredarnya daging sapi gelonggongan karena permintaan saat bulan puasa biasanya mengalami kenaikan. 
     "Untuk saat ini memang belum ada lonjakan permintaan. Meskipun demikian, kami tetap memantau secara rutin distribusi daging sapi maupun kerbau dari luar daerah," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sa'diyah di Kudus, Jumat.
     Selama ini, kata dia, daging sapi gelonggongan memang dicurigai dari Kabupaten Boyolali karena pasokan daging dari kabupaten tetangga kualitasnya cukup bagus.
     Dalam rangka mengantisipasi masuknya daging gelonggongan dari Boyolali, kata dia, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus juga menjalin komunikasi dengan rumah pemotongan hewan (RPH) setempat.
     Hasilnya, kata dia, pedagang memang melengkapi surat-surat untuk menjual daging sapi ke luar daerah.
     Prioritas pengawasan, kata dia, memang terhadap daging sapi dari luar Kudus dengan melakukan pengecekan kelengkapan surat-surat dari RPH setempat serta mengecek kualitas serta tingkat potentia Hydrogenii (pH) daging dengan alat khusus.
     "Hasil pengukuran Ph dan pengecekan kualitas daging guna memastikan kelayakan daging tersebut," ujarnya.
     Selama beberapa tahun terakhir, kata dia, memang belum ditemukan adanya peredaran daging sapi gelonggongan.
     "Kami juga memberikan pembinaan kepada pedagang daging, khususnya daging sapi agar tidak sekadar mendapatkan keuntungan tanpa mempertimbangkan kualitas dagingnya," ujarnya.
     Ia mengakui masih ada pedagang yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempedulikan kualitas daging yang dijual.
     Untuk itulah, lanjut dia, pengawasan rutin dilakukan untuk mengantisipasi oknum pedagang yang berupaya melakukan kecurangan dalam menjual daging sapi ke konsumen.
     Lonjakan permintaan daging, diperkirakan mulai terlihat pada pertengahan Bulan Puasa.
     Kebutuhan daging hewan ternak untuk saat ini, kata dia, berkisar 10-14 ekor per harinya, sedangkan saat mendekati Lebaran bisa meningkat hingga 25 persen.
     Dalam rangka menjamin keamanan produk hasil peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus juga mengambil sampel daging ternak yang dijual di sejumlah pasar tradisional.
     Hal itu, kata dia, selain mengantisipasi beredarnya produk pangan yang mengandung bahan berbahaya juga untuk mengantisipasi kemungkinan ada peredaran daging ternak oplosan. Daging hewan ternak oplosan yang diantisipasi yakni dioplos dengan daging babi.
     Selain mengambil sampel daging sapi dan kerbau, tim pemantau juga mengambil sampel produk lain, seperti telur asin, kerupuk rambak, bakso, dan sosis untuk diuji di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Pati.
     "Semua sampel produk hasil peternakan tersebut akan diuji kemungkinan adanya kandungan mikroba, salmonela, logam berat, serta uji elisa khusus untuk daging hewan ternak," ujarnya.
     Untuk saat ini, kata dia, hasilnya belum keluar karena masih menunggu. 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024