Kudus (Antaranews Jateng) - Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus pekan ini mengalami kembali kenaikan menjadi Rp7.400 per kilogram setelah pekan sebelumnya dijual dengan harga Rp7.300.

"Sebelum naik menjadi Rp7.300/kg, harga kedelai impor di Kudus masih dijual dengan harga Rp6.400/kg, kemudian secara bertahap mengalami kenaikan hingga menjadi Rp7.300/kg," kata Ketua Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma`ruf di Kudus, Sabtu.

Menurut dia, harga jual kedelai impor hingga mencapai angka lebih dari Rp7.000 per kilogramnya tentu cukup memberatkan pelaku usaha yang memproduksi tahu dan tempe.

Dampaknya, kata dia, terhadap permintaan komoditas impor tersebut karena sejak mengalami kenaikan hingga di atas Rp7.000 lebih per kilogram permintaan menurun.

Jika sebelumnya dalam sehari bisa mencapai 20-an ton kedelai, katanya, saat ini hanya berkisar 15 ton.

Bahkan, lanjut dia, pada akhir April 2018 ketika harganya mencapai Rp7.300/kg, permintaan kedelai impor turun menjadi 10 ton per harinya.

"Adanya kenaikan permintaan saat ini, diduga karena mendekati Bulan Puasa yang dimungkinkan ada kenaikan permintaan produk tahu atau tempe yang memungkinkan diproduksi menjadi makanan ringan," ujarnya.

Meskipun demikian, dia mengaku, belum bisa memprediksi permintaan kedelai impor akan normal kembali atau justru kembali turun, mengingat tren harga jual komoditas impor tersebut cenderung naik.

Penyebab kenaikannya, salah satunya adanya kenaikan kurs dolar terhadap rupiah.

Pada saat yang bersamaan, lanjut dia, juga diikuti kenaikan indeks sehingga memicu kenaikan harga jual kedelai impor.

Hal itu, katanya, berimbas terhadap stok komoditas impor di pasaran menjadi menipis.

"Stok terbatas tidak hanya di gudang distributor di Semarang, termasuk di Jakarta informasinya juga mengalami hal serupa," ujarnya.

Bahkan, kata dia, permintaan kedelai impor dari pihak distributor dibatasi per hari hanya bisa mendapatkan pasokan satu truk atau sembilan ton.

Sebelumnya, lanjut dia, per hari bisa meminta tambahan pasokan antara 2-3 truk dengan kapasitas muatan per truk sekitar sembilan ton.

Untuk sisa stok kedelai yang tersimpan di gudang saat ini, katanya, hanya tersisa 50 ton.

"Kedelai lokal yang seharusnya bisa dijadikan komoditas substitusi, ternyata hingga sekarang belum tersedia karena sejumlah daerah penghasil belum ada panen kedelai," ujarnya.

Daerah yang menjadi pemasok kedelai lokal, yakni Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, Kabupaten Jember, dan Lamongan.

Adapun jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024