Program Gandeng Gendong tidak hanya mengandeng dan menggendong masyarakat kurang mampu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, tetapi juga menjadi ajang untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan.

"Tidak mahal (untuk mendapatkan jaminan sosial ketenagakerjaan, red.), hanya saja masyarakat tidak tahu dan belum tahu manfaatnya. Makanya, kami juga memberikan pemahaman, edukasi, dan membuka wawasan masyarakat mengenai manfaatnya (jaminan ketenagakerjaan, red.),"kata Kepala Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Lucy Irawati di Semarang, Kamis.

Hal tersebut disampaikan Lucy di sela-sela acara rapat evaluasi Program Gandeng Gendong, sekaligus tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Jateng dan DIY.

Lucy Irawati menjelaskan Program Gandeng Gendong melibatkan lima sektor yakni kota atau pemerintah, korporasi (perusahaan atau badan usaha yang sangat besar), kampus, komunitas, dan kampung yang seluruhnya bersinergi menggadeng dan menggendong masyarkaat kurang mampu.

"Pada tahun pertama, kita carikan donatur atau program CSR untuk dua program yakni Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian. Tahun berikutnya, kami berharap masyarakat bisa mandiri untuk melanjutkan pembayaran iuran," kata Lucy.

Lucy menegaskan bahwa program Gandeng Gendong merupakan langkah tepat penyaluran CSR perusahaan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat kurang mampu.

Dalam kesempatan sama Deputi Direktur Wilayah Jateng dan DIY BPJS Ketenagakerjaan Moch Triyono menambahkan bahwa program Gandeng Gendong memiliki manfaat yakni jaminan kepada masyarakat kurang mampu dan menekan timbulkan masyarakat miskin baru karena pencari nafkah meninggal dunia akibat tidak memiliki jaminan sosial.

"Masyarakat dengan modal kerja kecil, saat terjadi kecelakaan kerja, modalnya tidak harus tergerus karena untuk biaya pengobatan. Atau jika terjadi kematian, ahli waris tidak lagi khawatir tentang merawat jenazah suaminya karena ada santunan," kata Triyono.

Triyono berharap, tidak hanya dua program JKK dan Jaminan Kematian, tetapi masyarakat diharapkan juga sadar untuk menambah dengan Jaminan Hari Tua (JHT), sehigga ada bekal saat berhenti bekerja.

 

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024