Kudus (Antaranews Jateng) - Santri pondok pesantren diusulkan dididik menjadi pemandu wisata religi karena keberadaan santri tidak terlepas dari peran para wali sembilan, kata Ketua Perhimpunan Pemangku Makam Aulia Nadjib Hassan.

"Kami mengibaratkan antara wali sembilan dengan santri bagai pinang dibelah dua," ujar Nadjib Hassan yang juga Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus saat menjadi pembicara pada sarasehan "Wisata Religi di Kawasan Kudus-Demak" dalam rangka Road to Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2018 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin.

Untuk itu, kata dia, penyediaan pemandu wisata bisa dikerjasamakan dengan mereka.

Pada kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan bahwa dalam rangka mengembangkan wisata religi harus mengedepankan budaya, setelah dikelola dengan baik wisatanya dipastikan ikut berkembang.

Jangan sampai, lanjut dia, ada upaya mengeksploitasi budaya untuk kepentingan wisata.

Menurut dia dalam rangka pengembangan wisata, kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus cukup banyak, mulai dari kegiatan rutin tahunan, seperti buka luwur atau penggantian kain mori pada cungkup makam Sunan Kudus hingga kegiatan ritual jamasan keris peninggalan Sunan Kudus hingga beberapa agenda lain yang bisa menjadi daya tarik wisata.

Pembicara lainnya, Pakar Arkeologi Universitas Gadjah Mada Musadad menyambut positif usulan agar santri dibimbing menjadi pemandu wisata di dua objek wisata religi di Demak dan Kudus.

Ia menganggap ide pelibatan santri sebagai pemandu wisata merupakan ide cemerlang.

"Saya juga sempat bertanya agen yang kontektualisasi nilai-nilai yang ditanamkan para wali. Dari akademisi siap berperan mendukung usulan tersebut," ujarnya.

Hal terpenting, kata dia, dalam pengembangan wisata religi nilai budaya yang dimiliki situs tidak tergerus oleh derasnya pariwisata.

Karena hal terpenting, kata dia, pelestarian nilai-nilai yang diajarkan oleh wali, khususnya di Kabupaten Kudus dan Demak.

Haryudhi Widiasmoro pembicara lainnya dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) juga menyambut positif usulan santri dilibatkan sebagai pemandu wisata.

"Kami juga siap menjalin kerja sama untuk pemandu perjalanan wisata religi," ujarnya.

Apalagi, lanjut dia, Asita beranggotakan hingga 100-an perusahaan perjalanan wisata yang masing-masing memiliki media promosi.

Pembicara lainnya, Astin Soekanto yang merupakan traveler juga sepakat dengan usulan santri dilibatkan sebagai pemandu wisata religi.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024