Sukoharjo (Antaranews Jateng) - PT Sinergi Colomadu berkomitmen mengoptimalkan potensi wisata De Tjolomadoe setelah dilakukan revitalisasi cagar budaya bekas Pabrik Gula Colomadu tersebut, dengan melibatkan perusahaan lain sebagai mitra kerja sama.

"Kami juga pasti ada target jumlah pengunjung, meski demikian hingga saat ini masih digodok oleh tim," kata General Manager Konstruksi PT Sinergi Colomadu Edison Suardi di Sukoharjo, Kamis.

Melihat antusiasme masyarakat yang mulai berkunjung ke destinasi wisata baru tersebut, pihaknya optimistis ke depan bekas Pabrik Gula Colomadu ini akan menjadi salah satu destinasi wisata favorit wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

"Memang salah satu pertimbangan kami merevitalisasi pabrik gula yang sudah terbengkalai hampir 20 tahun ini adalah kami ingin memaksimalkan lahan yang ada. Ini kan sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1998, jadi lebih bagus diberdayakan," katanya.

Edison menceritakan Kementerian BUMN melalui Sinergi BUMN yang melibatkan tiga perusahaan, yaitu PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Taman Wisata Candi, dan PT Jasa Marga Properti berencana merevitalisasi bangunan tersebut.

"Tepatnya pada tahun 2016, ada beberapa konsep yang akan diusung, tetapi pada saat itu pembicaraannya di tingkat kementerian. Selanjutnya pada bulan September 2016 kami mulai masuk ke lapangan," katanya.

Pada gerakan awal, dikatakannya, yaitu menganalisis bangunan mengingat umur bangunan yang sudah tua dan sebagian sudah hancur. Pada langkah tersebut pihaknya melibatkan Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk mengkaji kelayakan struktur bangunan.

"Dari situ kami bergerak ke rencana desain, secara paralel juga mendekat ke cagar budaya. Tahap ini agak susah karena referensi yang kami miliki sedikit sekali, tetapi pada saat itu dokumentasi bisa didapatkan, yaitu berupa foto dari Badan Arsip Nasional yang ada di Semarang," katanya.

Ia mengatakan dari foto tersebut pemerintah memiliki gambaran terkait langkah apa yang dilakukan untuk merevitalisasi bangunan tersebut. Sebagai langkah awal pembangunan fisik, dikatakannya, pada bulan April 2017 peletakan batu pertama mulai dilakukan. Pada saat itu, peletakan batu pertama dilakukan langsung oleh Menteri BUMN Rini Sumarno.

"Pembangunan ini kami lakukan hingga Februari 2017. Jadi saat ini sudah selesai, tinggal perawatan saja," katanya.

Edison mengatakan proses pembangunan bukan hal yang mudah dilakukan mengingat ada beberapa bagian bangunan yang sudah rusak baik karena termakan usia maupun karena dampak dari gempa Jogja tahun 2006.

"Bahkan cerobong asap itu sudah kami tambah tingginya, sebelumnya kan bagian atas mulai terkikis. Untuk proses penguatan cerobong itu kami juga harus berhati-hati karena cerobong sendiri mulai lapuk," katanya.

Sementara itu, dari sisi dalam pihaknya mempertahankan sejumlah peralatan produksi bekas pabrik gula. Ia mengatakan beberapa set peralatan yang masih dapat ditemui dan menjadi favorit pengambilan foto para pengunjung, di antaranya stasiun penggilingan, penguapan, dan stasiun masakan.

"Untuk stasiun penggilingan ini ada empat set. Secara keseluruhan kondisi peralatan sudah tidak utuh, meski demikian kami berupaya mengoptimalkan seluruh potensi yang ada," katanya.

Menurut dia, alokasi anggaran untuk investasi revitalisasi pabrik gula tersebut mencapai Rp180 miliar.

Sementara itu, untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat agar lebih mengenal bangunan yang menjadi destinasi wisata heritage tersebut, hingga akhir bulan April 2018 tidak ada tarif tiket yang dikenakan kepada para pengunjung.

"Untuk pengenaan tiket akan kami mulai bulan Mei, tarifnya antara Rp5.000-10.000/pengunjung," katanya.

Pewarta : Aries Wasita Widi Astuti
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024