Wasington (Antaranews Jateng) - Toyota Motor Corp bakal memulai penjualan kendaraan yang bisa berbicara satu sama lain dengan memanfaatkan teknologi nirkabel jarak pendek guna meminimalisasi potensi kecelakaan, di pasar Amerika Serikat (AS) pada 2021, kata produsen mobil Jepang itu pada Senin (16/4) waktu setempat.
Untuk itu, Departemen Transportasi AS harus memutuskan apakah akan mengadopsi proposal yang masih tertunda itu, kemudian mengharuskan semua kendaraan masa depan memakai teknologi canggih tersebut.
Toyota berharap mengantongo izin untuk mengadopsi sistem komunikasi jarak dekat di Amerika Serikat pada sebagian besar lini kendaraannya pada pertengahan 2020. Pabrikan otomotif Jepang berharap bisa mengumumkan rencananya dan diikuti oleh produsen mobil lainnya.
Pada Desember 2016, Pemerintahan Obama mengusulkan perlunya teknologi tersebut pada mobil dan memberikan waktu selama empat tahun kepada pabrikan untuk mengikuti aturan itu.
Proposal tersebut mengharuskan pabrikan mobil memastikan semua kendaraan mampu "berbicara bahasa yang sama melalui teknologi standar."
Pada 1999, para pembuat mobil diberikan blok spektrum di 5,9 GHz untuk saling berkomunikasi "antar kendaraan" dan "kendaraan ke infrastruktur" dan teknologi tersebut telah dipelajari selama lebih dari satu dekade, namun sebagian besar tidak digunakan.
General Motors pada 2017 mulai menawarkan teknologi "antar kendaraan" pada model Cadillac CTS, namun model itu merupakan satu-satunya kendaraan yang menggunakan sistem itu ersebut hingga saat ini.
Kendaraan yang bisa berbicara telah diuji dalam proyek percontohan oleh pabrikan mobil di AS selama lebih dari satu dekade, menggunakan komunikasi jarak pendek khusus yang mengirimkan data hingga jarak 300 meter, termasuk lokasi, arah dan kecepatan, ke kendaraan di dekatnya.
Data akan disiarkan hingga 10 kali per detik ke kendaraan terdekat, yang dapat mengidentifikasi risiko dan memberikan peringatan agar menghindari kecelakaan yang akan terjadi, terutama di persimpangan.
Toyota telah menggunakan teknologi di Jepang pada lebih dari 100.000 kendaraan sejak 2015.
Badan Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya AS (NHTSA) mengatakan pada tahun lalu bahwa peraturan itu akan menambah biaya antara 135 dolar AS hingga 300 dolar AS untuk setiap kendaraan baru, atau mencapai 5 miliar dolar AS per tahun.
Namun teknologi itu dapat mencegah sekira 600.000 kasus tabrakan dan mengurangi biaya sebesar 71 miliar dolar AS setiap tahun jika dimanfaatkan secara penuh.
NHTSA mengatakan pihaknya "belum membuat keputusan akhir" tentang perlunya teknologi ini, juga belum ada keputusan yang mungkin akan disahkan hingga sebelum akhir tahun, demikian Reuters.
Untuk itu, Departemen Transportasi AS harus memutuskan apakah akan mengadopsi proposal yang masih tertunda itu, kemudian mengharuskan semua kendaraan masa depan memakai teknologi canggih tersebut.
Toyota berharap mengantongo izin untuk mengadopsi sistem komunikasi jarak dekat di Amerika Serikat pada sebagian besar lini kendaraannya pada pertengahan 2020. Pabrikan otomotif Jepang berharap bisa mengumumkan rencananya dan diikuti oleh produsen mobil lainnya.
Pada Desember 2016, Pemerintahan Obama mengusulkan perlunya teknologi tersebut pada mobil dan memberikan waktu selama empat tahun kepada pabrikan untuk mengikuti aturan itu.
Proposal tersebut mengharuskan pabrikan mobil memastikan semua kendaraan mampu "berbicara bahasa yang sama melalui teknologi standar."
Pada 1999, para pembuat mobil diberikan blok spektrum di 5,9 GHz untuk saling berkomunikasi "antar kendaraan" dan "kendaraan ke infrastruktur" dan teknologi tersebut telah dipelajari selama lebih dari satu dekade, namun sebagian besar tidak digunakan.
General Motors pada 2017 mulai menawarkan teknologi "antar kendaraan" pada model Cadillac CTS, namun model itu merupakan satu-satunya kendaraan yang menggunakan sistem itu ersebut hingga saat ini.
Kendaraan yang bisa berbicara telah diuji dalam proyek percontohan oleh pabrikan mobil di AS selama lebih dari satu dekade, menggunakan komunikasi jarak pendek khusus yang mengirimkan data hingga jarak 300 meter, termasuk lokasi, arah dan kecepatan, ke kendaraan di dekatnya.
Data akan disiarkan hingga 10 kali per detik ke kendaraan terdekat, yang dapat mengidentifikasi risiko dan memberikan peringatan agar menghindari kecelakaan yang akan terjadi, terutama di persimpangan.
Toyota telah menggunakan teknologi di Jepang pada lebih dari 100.000 kendaraan sejak 2015.
Badan Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya AS (NHTSA) mengatakan pada tahun lalu bahwa peraturan itu akan menambah biaya antara 135 dolar AS hingga 300 dolar AS untuk setiap kendaraan baru, atau mencapai 5 miliar dolar AS per tahun.
Namun teknologi itu dapat mencegah sekira 600.000 kasus tabrakan dan mengurangi biaya sebesar 71 miliar dolar AS setiap tahun jika dimanfaatkan secara penuh.
NHTSA mengatakan pihaknya "belum membuat keputusan akhir" tentang perlunya teknologi ini, juga belum ada keputusan yang mungkin akan disahkan hingga sebelum akhir tahun, demikian Reuters.