Magelang (Antaranews Jateng) - Usaha kecil dan menengah batik di Kota Magelang, Jawa Tengah, dengan produk kreatif turunannya membutuhkan tenaga kreatif untuk mengembangkan usaha itu agar lebih maju dengan pemasaran yang luas, kata perajin batik khas Magelang Iwing Sulistiyawati.

"Untuk mengembangkan usaha ini sebenarnya butuh tenaga kerja yang lebih, tetapi tidak mudah untuk mencari kebutuhan tenaga terampil, kreatif, dan inovatif," katanya di Magelang, Selasa.

Hingga saat ini, ujar pemilik Iwing Batik Kebonpolo di Kampung Wates Tengah, Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang tersebut, UKM-nya mempekerjakan sembilan orang, terutama para tetangga dan sanak keluarganya.

Ia mengaku tidak hanya memproduksi kain batik dengan berbagai motif kreatif, akan tetapi juga aneka suvenir berbahan baku batik dan kain perca batik, seperti tas, gantungan kunci, blangkon, surjan, dompet, dan produk aksesoris lainnya.

"Setiap hari memproduksi, terutama untuk stok barang agar cukup," katanya saat menerima kunjungan para wartawan dalam program inovasi Humas Pemkot Magelang bekerja sama dengan instansi terkait lainnya untuk pengembangan usaha potensial daerah yang juga dihadiri Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina dan Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkot Magelang Prawerti Pradjnajati.

Ia mengaku kewalahan memenuhi permintaan berbagai produk usaha kreatif batik, antara lain, dari berbagai instansi pemerintah dan swasta, gerai toko, dan tempat pajangan kerajinan di hotel serta pesanan setiap bulan kepada konsumen di luar kota.

Hingga saat ini, produk kreatif batiknya dipajang, antara lain, di Magelang Crarf Center Kompleks Kantor Sekda Kota Magelang, Industri Kecil dan Menengah Center Pasar Rejowinangun Kota Magelang, salah satu toko swalayan dan hotel, serta sejumlah toko di Kota Magelang. Selain itu, setiap bulan ia memasok produk batik kepada pelanggannya di Tangerang, Provinsi Banten dan Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Harga produk kreatif batik dengan turunannya bervariasi, seperti kain batik antara Rp100.000 hingga Rp1 juta per potong, gantungan kunci Rp5.000-Rp15.000 per buah, aksesoris bunga sekitar Rp10.000, tas Rp30.000-Rp250.000, dan blangkon Rp15.000-Rp75.000. Omzet setiap bulan sekitar Rp20 juta, sedangkan modalnya berasal dari penghasilan atas perputaran usaha produksinya.

Setiap tahun, Iwing yang menekuni usaha tersebut sejak 2012 setelah mengikuti beberapa kali pelatihan UKM yang diselenggarakan Dinas Perindustrian, dan Perdagangan, serta Dinas Tenaga Kerja Pemkot Magelang, dan mendapatkan bantuan pemerintah berupa berbagai peralatan produksi itu, menargetkan menciptakan tiga motif kreatif batik yang baru.

Pada tahun ini, ia menciptakan motif "magelang dan gelatik", "wates", dan "bengkok", sedangkan berbagai motif lain yang telah diciptakan sebelumnya, antara lain "gladiol", "bunga sepatu", cempaka (tiga versi), "daun suruh", dan "daun lidah api". Sejumlah motif batik khas Magelang yang telah dikenal luas selama ini, antara lain "Watertorn", "Bayeman", dan "Kebonpolo".

"Saya sering diundang memberi pelatihan batik, ada satu atau dua peserta yang kemudian berkembang kreativitasnya dan memproduksi usaha batik juga. Siapa pun mau belajar dengan saya, silakan saja, kami malah senang bisa berbagi," katanya.

Ia mengaku persaingan usaha batik mendorong produktivitas UKM-nya makin berkembang. Ia menghadapi persaingan itu dengan memperkuat kualitas produk dan menjual dengan harga yang tidak terlalu tinggi yang oleh konsumennya disebut sebagai "Batik Sejuta Umat", yang artinya harganya relatif terjangkau masyarakat umum.

Berbagai UKM batik yang terdata di Diskoperindag Pemkot Magelang, antara lain Batik Samiyo, Batik Nanom, Batik Botton, Batik Yosini, Batik Koedoep Koemoro, Koko Batik, Naris Batik, Batik Lukis Porotelu, Anisa Batik Jaranan, Sekar Batik, Batik Tedjo Retno, Batik Soemirah, Jumputan Risqi Mulia, Jumputan Laris, dan Batik Rajah.

Kepala Bidang Industri Disperindag Pemkot Magelang Prawerti Pradjnajati mengatakan pelatihan industri, termasuk membatik, menjadi salah satu program instansinya dengan sasaran masyarakat setempat agar bisa mengembangkan usaha produksi.

"Kami membantu mempromosikan produk UKM melalui pameran, menyediakan gerai, dan mengembangkan inovasi serta kreativitas pelaku usaha seperti di `Iwing Batik` ini," katanya.

Wakil Wali Kota Windarti Agustina mendorong pemilik UKM memberdayakan tenaga lokal atau masyarakat sekitarnya sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja di kota dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu.

"Usaha kecil dan menengah yang berkembang dan banyak pesanan akan menyerap banyak tenaga kerja," katanya. (hms)

Pewarta : Maximianus Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024