Semarang (Antaranews Jateng) - Bank Jateng menggandeng sebanyak 55 bank perkreditan rakyat (BPR) di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bekerja sama dengan skema bank pelindung atau Apex bank.

"Kami berharap kerja sama ini bisa mendorong pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di DIY," kata Direktur Operasional dan Digital Banking Bank Jateng Rahadi Widayanto di Semarang, Jumat.

Hal itu diungkapkannya usai penandatanganan kerja sama Apex Bank Jateng dan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DIY, bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-55 Bank Jateng.

Menurut dia, pembiayaan dari Bank Jateng untuk kalangan UKM nantinya bisa dilakukan melalui 55 BPR yang sudah bekerja sama sehingga semakin memperluas jaringan yang sudah terbangun.

Dengan semakin luasnya jaringan, termasuk dengan 55 BPR di DIY itu, kata dia, Bank Jateng optimistis bisa mengucurkan pembiayaan mencapai Rp1 triliun hingga akhir tahun ini.

Ia menjelaskan ada beberapa skema pembiayaan yang akan diberikan Bank Jateng sebagai Apex bank terhadap 55 BPR tersebut, antara lain bantuan likuiditas, bantuan teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).

"Semisal, ada BPR yang mengalami kekurangan pendanaan, kami akan bantu meningkatkan likuiditasnya. Ada persyaratan lebih longgar untuk BPR sehingga banyak yang berminat bekerja sama," katanya.

Ketua DPD Perbarindo DIY Ascar Setiyono mengatakan terbentuknya Apex bank itu menciptakan pula jaringan program pembiayaan, termasuk modal kerja dengan persyaratan dan ketentuan yang lebih ringan.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menambahkan perbankan yang dipimpinnya akan bertransformasi untuk pencapaian aset hingga Rp100 triliun dalam dua tahun ke depan.

"Saat ini, aset Bank Jateng tercatat mencapai Rp61,47 triliun per 31 Desember 2017. Artinya, untuk mengejar target itu Bank Jateng harus tumbuh 62,6 persen atau sebesar Rp38,53 triliun," katanya.

Pencapaian target peningkatan aset, kata dia, ditunjang juga dengan dana pihak ketiga (DKP) sebesar Rp44,64 triliun dan penyaluran kredit yang mencapai Rp42,45 triliun per 31 Desember 2017.

Tentunya, kata dia, produk dan layanan terhadap konsumen akan tetap menjadi motor utama dalam pencapaian pertumbuhan profitabilitas dengan segmentasi prioritas yang semakin jelas.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang kian pesat, Nano, sapaan akrab Supriyatno, mengatakan layanan perbankan digital juga dikembangkan pada seluruh layanan dan operasional.
 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024