Pekalongan (Antaranews Jateng) - Merebaknya pakaian batik dari tekstil bermotif batik atau "printing" harus mendorong masyarakat Pekalongan lebih berani menjaga keaslian produk sarung batik dengan mengenakan batik tulis, cap, atau kombinasi keduanya, kata Ketua DPRD Kota Pekalongan Balqis Diab.

"Peringatan Hari Jadi Ke-112 Kota Pekalongan menjadi momentum kebangkitan dari penggunaan sarung batik sehingga jangan sampai ada produsen yang menciptakan produk sarung dari tekstil bermotif batik atau `printing`," katanya di Pekalongan, Selasa.

Menurut dia, pengusaha atau perajin batik harus bisa terus berinovasi agar sarung batik tidak hanya dipakai untuk kaum pria melainkan juga dikenakan perempuan, baik untuk pakaian sehari-hari maupun kegiatan seremonial.

"Dengan peresmian sarung batik untuk dipakai oleh aparatur sipil negara (ASN) pada hari tertentu, kami berharap pada masyarakat untuk menjaga keaslian produk itu dan tidak `di-printing`. Kami berharap dengan diresmikan sarung batik maka dapat juga membangkitkan dan menaikkan omzet perajin batik," katanya.

Pemilik Batik dan Tenun "Xo-Xa" Kalungguh, Muhamad Eko Priono, mengatakan dengan diresmikan sarung batik untuk dikenakan ASN Kota Pakalongan pada hari tertentu akan mendongkrak penjualan batik, terutama sarung batik.

"Program Wali Kota Pekalongan, kami nilai sangat baik karena hal itu dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan. Jika sebelumnya, kami hanya mampu menjual 100 sarung batik per bulan kini naik 500 sarung/bulan," katanya.

Ia mengatakan saat ini sudah ada sekitar 100 perajin batik yang membuat sarung batik. Mereka tersebar di wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan.

"Oleh karena, kami berharap ke depan jumlah para perajin sarung batik bisa terus bertambah dan mampu menciptakan variasi atau kreasi yang lebih beragam," katanya.


 

Pewarta : Kutnadi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024