Semarang (Antaranews Jateng) - Pimpinan Wilayah Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Nahdlatul Ulama Jawa Tengah menargetkan penerimaan zakat sebesar Rp55 miliar selama 2018.
"Besaran target capaian zakat tersebut telah disepakati dan disetujui oleh masing-masing daerah yang hadir pada Rakorwil NU Care-LAZISNU," kata Ketua LAZISNU Jateng Muhammad Mahsun usai memimpin Rakorwil di Balai Latihan Koperasi dan UMKM di Semarang, Minggu.
Mahsun optimistis target zakat tersebut bisa dicapai, bahkan terlampaui karena di beberapa daerah seperti LAZISNU Kabupaten Sragen mampu mengumpulkan kotak infak sebesar Rp500 juta per bulan.
"Sragen yang notabene bukan merupakan basis NU saja mampu mengumpulkan zakat sebanyak itu, apalagi daerah yang menjadi basis NU sehingga kalau dibuat rata-rata yang lain bisa melakukan seperti itu," ujarnya.
Ia mengungkapkan, saat ini terdapat 35 cabang LAZIZNU di Provinsi Jateng yang masih ditambah dengan satu cabang baru di daerah Lasem, Kabupaten Rembang.
Oleh karena itu, kata dia, jika dirata-rata maka jumlah tersebut telah melampaui target pencapaian zakat yang telah disepakati bersama.
Menurut dia, model pengumpulan zakat di Kabupaten Banyumas perlu dicontoh daerah lain karena telah sesuai prosedur standar yang ditentukan yakni muzaki itu benar-benar telah tercatat di "database" yang akurat sesuai dengan nama dan alamat secara jelas.
Melalui Rakorwil ini Mahsun berharap dapat meningkatkan kapasitas diri untuk bisa menarik yang potensi zakat itu menjadi kenyataan
Selain itu, kegiatan Rakorwil ini merupakan bagian dari keingininan dari cabang-cabang LAZISNU di Provinsi Jateng untuk meningkatkan kapasitas diri serta menjadi lebih maju.
"Potensi LAZISNU itu luar biasa, tapi dalam menata masih banyak kekurangan untuk itu selama tiga hari Rakorwil ini dalam rangka menyamakan persepsi tentang bagaimana seluruh Jateng dapat bangkit untuk mencapai kemandirian," katanya.
Terkait dengan penyaluran zakat yang terkumpul, Mahsun menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing cabang, tapi untuk LAZISNU itu sendiri telah memiliki empat pilar di antaranya untuk pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan pemberdayaan ekonomi.
"Jadi ke mana dana itu telah berada di empat pilar tersebut dan untuk perolehan terbesar pada korban, ini akan dibakukan pada sistemnya," ujarnya.
"Besaran target capaian zakat tersebut telah disepakati dan disetujui oleh masing-masing daerah yang hadir pada Rakorwil NU Care-LAZISNU," kata Ketua LAZISNU Jateng Muhammad Mahsun usai memimpin Rakorwil di Balai Latihan Koperasi dan UMKM di Semarang, Minggu.
Mahsun optimistis target zakat tersebut bisa dicapai, bahkan terlampaui karena di beberapa daerah seperti LAZISNU Kabupaten Sragen mampu mengumpulkan kotak infak sebesar Rp500 juta per bulan.
"Sragen yang notabene bukan merupakan basis NU saja mampu mengumpulkan zakat sebanyak itu, apalagi daerah yang menjadi basis NU sehingga kalau dibuat rata-rata yang lain bisa melakukan seperti itu," ujarnya.
Ia mengungkapkan, saat ini terdapat 35 cabang LAZIZNU di Provinsi Jateng yang masih ditambah dengan satu cabang baru di daerah Lasem, Kabupaten Rembang.
Oleh karena itu, kata dia, jika dirata-rata maka jumlah tersebut telah melampaui target pencapaian zakat yang telah disepakati bersama.
Menurut dia, model pengumpulan zakat di Kabupaten Banyumas perlu dicontoh daerah lain karena telah sesuai prosedur standar yang ditentukan yakni muzaki itu benar-benar telah tercatat di "database" yang akurat sesuai dengan nama dan alamat secara jelas.
Melalui Rakorwil ini Mahsun berharap dapat meningkatkan kapasitas diri untuk bisa menarik yang potensi zakat itu menjadi kenyataan
Selain itu, kegiatan Rakorwil ini merupakan bagian dari keingininan dari cabang-cabang LAZISNU di Provinsi Jateng untuk meningkatkan kapasitas diri serta menjadi lebih maju.
"Potensi LAZISNU itu luar biasa, tapi dalam menata masih banyak kekurangan untuk itu selama tiga hari Rakorwil ini dalam rangka menyamakan persepsi tentang bagaimana seluruh Jateng dapat bangkit untuk mencapai kemandirian," katanya.
Terkait dengan penyaluran zakat yang terkumpul, Mahsun menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing cabang, tapi untuk LAZISNU itu sendiri telah memiliki empat pilar di antaranya untuk pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan pemberdayaan ekonomi.
"Jadi ke mana dana itu telah berada di empat pilar tersebut dan untuk perolehan terbesar pada korban, ini akan dibakukan pada sistemnya," ujarnya.