Semarang (Antaranews Jateng) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengkaji equity crowdfunding sebagai salah satu upaya mitigasi risiko sebelum dilaunching.

"Ada banyak yang dikaji seperti siapa saja yang boleh masuk sebagai investor, hubungan dengan yang punya dana, IT-nya seperti apa, dan syarat-syaratnya. Banyak yang perlu dikaji karena memang risikonya cukup tinggi," kata Direktur Pengaturan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady di Kantor OJK Semarang, Jumat.

Luthfy menjelaskan bahwa pengawasan terhadap equity crowdfunding masih melalui platform provider yang merupakan kepanjangan tangan dari startup.

Equity crowdfunding merupakan salah satu alternatif investasi dengan model pendanaan dari sejumlah orang untuk membiayai proyek atau perusahaan dan pengembalian uang dapat berupa saham hingga kompensasi.

Luthfy mengatakan bahwa OJK bidang pengawasan sektor pasar modal saat ini terus melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu di sejumlah kota di Indonesia termasuk di Kota Semarang yang menyasar kalangan kampus dan SMA serta tim pengawas OJK Kantor Regional dan Kantor OJK di Jateng-DIY.

"Sebelumya kami menggelar seminar investasi pasar modal kepada civitas akademika di Universitas Stikubank dan dihadiri dari lintas fakultas dari kampus lain. OJK pasar modal juga mengajar kepada para pelajar SMA Karangturi. Literasi mengenai pasar modal gencar dilakukan oleh OJK karena hanya 4,4 persen yang tahu dan 1,14 persen yang menggunakan produk pasar modal. ," tambah Luthfy.

Dalam kesempatan tersebut hadir Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Semarang Fanny Rifqi yang menyebutkan jumlah investor di Jateng sejak tahun 2012 sampai dengan 2017 mengalami pertumbuhan signifikan.

"Jumlah investor pada tahun 2012 ada 14.726, tahun 2013 ada 18.422, tahun 2014 ada 21.591, tahun 2015 ada 37.309, tahun 2016 ada 47.594, dan tahun 2017 ada 54.411 investor," kata Fanny.

Sementara nilai transaksi dihitung pada transaksi masyarakat saat membeli saham di Semarang per hari bisa mencapai Rp50 miliar hingga Rp70 miliar, sementara di Jateng Rp100 miliar hingga Rp200 miliar atau dalam sebulan bisa Rp1,2 triliun.

"Sebelumnya, kami juga melakukan MoU antara BEI, Bursa Efek, dan perguruan tinggi yang diberi nama Galeri Investasi dan di Semarang sudah ada 15 Galeri Investasi. Ada yang satu kampus yang memiliki dua Galeri Investasi," demikian Fanny.

 

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024