Purbalingga (Antaranews Jateng) - Desa Serang adalah salah satu objek tujuan wisata potensial yang berada di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Desa wisata yang berada di kaki Gunung Slamet tersebut memiliki suasana pegunungan yang indah, pohon-pohon yang hijau, hawa yang sangat sejuk, serta hamparan kebun-kebun stroberi.

Bahkan, para pengunjung dapat merasakan sensasi memetik buah stroberi, lalu mencicipi rasanya selama berada di dalam kebun.

Pada saat ini, banyak pilihan destinasi wisata di Desa Serang yang bisa dijelajahi oleh para pengunjung, mulai dari Kampung Kurcaci, Lembah Asri, Pudangmas, Bukit Sikopyah, hingga Gardu Pandang Gunungmalang.

Salah satu destinasi yang paling banyak digemari pengunjung yang datang ke Desa Serang adalah kebun petik stroberi.

Kepala Desa Serang Sugito mengatakan bahwa sektor pariwisata di Desa Serang terus berkembang dengan pesat.

Salah satu indikatornya, menurut dia, adalah terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Serang dari tahun ke tahun.

Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Lembah Asri tahun 2017 adalah sebanyak 423.411 wisatawan dari target 300.000 pengunjung.

Selain jumlah kunjungan wisatawan, jumlah objek pariwisata di Desa Serang juga terus bertambah.

Semula hanya ada satu objek wisata Lembah Asri yang dikelola oleh Bumdes. Seiring dengan berjalan waktu, masing-masing kelompok pemuda membuat objek sendiri-sendiri.

Hal tersebut sangat berdampak positif pada pertumbuhan perekenomian warga setempat meskipun diakuinya belum terlalu signifikan.

Sugito mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Desa Serang.

Ia mengatakan bahwa pihaknya akan terus membangun dan mengembangkan objek wisata di Desa Serang, baik oleh warga/pemuda setempat maupun menggandeng investor.

Pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Purbalingga terus mendukung berbagai upaya mengembangkan Desa Wisata Serang.

Menurut dia, hingga saat ini, pemerintah kabupaten telah banyak membantu melalui bantuan keuangan khusus.

Selain itu, pemerintah pusat melalui kementerian terkait, kata dia, juga telah banyak memberikan bantuan.

                                                                                 Konsep Desa Wisata
Sementara itu, pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Chusmeru menilai Desa Wisata Serang telah berkembang dengan baik sesuai dengan konsep desa wisata.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang mungkin masih perlu menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan agar pada masa mendatang makin baik lagi.

Konsep agrowisata di Desa Serang, menurut dia, sudah sangat menarik sehingga perlu dipertimbangkan untuk tidak terlalu banyak menambah wahana baru yang dikhawatirkan tidak sesuai dengan potensi alam yang ada.

Selain itu, hal lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan adalah menambah potensi seni budaya yang khas Desa Serang.

Menurut dia, tingginya angka kunjungan wisatawan ke Desa Serang, menunjukkan wisatawan memiliki minat yang besar terhadap konsep desa wisata, seperti yang ada di Desa Serang. Apalagi, Desa Serang merupakan contoh desa wisata berbasis masyarakat yang berhasil berkembang dengan baik.

Upaya promosi melalui website yang informatif dengan tampilan yang menarik juga makin menambah daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Serang.

Berbagai keberhasilan yang dapat diraih oleh segenap pihak terkait di Desa Serang, kata dia, tentunya bisa menjadi contoh bagi wilayah lainnya yang mungkin ingin turut serta membangun desa wisata.

Menurut dia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan desa wisata di suatu daerah.

Pertama, perlunya menggali berbagai potensi yang ada, mulai dari potensi alam, seni budaya, hingga buatan.

Potensi alam bisa berupa pemandangan, gunung, sungai, laut, danau, sawah, dan lain sebagainya.

Sementara, potensi seni budaya dapat berupa tradisi unik, ritual adat desa, tarian, sanggar seni di desa, dan lain sebagainya.

Potensi buatan dapat berupa wahana, trek sepeda, arung jeram, taman rekreasi, dan lain sebagainya.

Kedua, konsep desa wisata haruslah memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan desa yang lainnya.

Ketiga, desa wisata harus masuk dalam lingkup daerah pengembangan, dan harus masuk dalam rute perjalanan wisata yang sudah dijual.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa selama ini relatif banyak kendala dalam upaya mengembangkan desa wisata. Misalnya, akses dan infrastruktur yang mendukung desa wisata, seperti pembangunan jalan, jalur transportasi, rumah sakit, terminal, dan lain sebagainya biasanya adalah program pemerintah pusat atau provinsi.

Akomodasi, penginapan, dan rumah makan, kata dia, juga perlu investasi besar. Hal ini sulit dilakukan oleh desa.

Ditambah lagi, tenaga terampil dan profesional untuk mengelola bisnis wisata di desa biasanya juga belum tersedia sehingga harus ada pelatihan.

Kendala lainnya, kata dia, adalah lemahnya promosi yang berbiaya tinggi. Apalagi, jika harus ditanggung oleh desa itu sendiri.

Padahal, menurut dia, konsep desa wisata sangat potensial untuk terus dikembangkan pada saat ini, mengingat tren wisata dunia pada tahun 2018 adalah pada sesuatu yang baru, yang unik, dan natural.

Konsep desa wisata juga dapat membawa keuntungan bagi banyak pihak.

Bagi desa, dampak yang bisa langsung dirasakan adalah peningkatan perekonomian, kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian seni budaya.

Bagi pemda, desa wisata dapat mendongkrak peningkatan kunjungan wisatawan, peningkatan iklim investasi di daerah, pengenalan potensi daerah, dan kontribusi PAD.

Sementara itu, bagi pemerintah pusat, desa wisata dapat meningkatkan total kunjungan wisatawan secara nasional, penyebaran destinasi wisata di daerah, mengurangi kejenuhan kunjungan wisata, dan menambah pemasukan negara dari sektor nonmigas.


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024