Semarang (Antaranews Jateng) - Sejumlah warga yang tinggal di kawasan pesisir Semarang bersiap menghadapi potensi rob, yakni limpasan air laut pasang seiring dengan fenomena gerhana Bulan total.

Seorang warga Kampung Tenggang RT05/RW07, Tambakrejo, Semarang, Sukamto, di Semarang, Rabu, mengaku selama ini selalu bergelut dengan rob karena kondisi rumahnya yang rendah, persis di samping Sungai Tenggang.

"Yang namanya (terkena, red.) rob sering. Gimana lagi, rumah saya lantainya masih rendah. Sementara, ditinggikan pakai tanah padas," katanya seraya menunjuk bongkahan tanah padas di halaman rumahnya.

Fenomena gerhana Bulan total atau "Super Blue Blood Moon (Supermoon)" diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi pada 31 Januari 2018 yang akan terulang lebih dari 36 tahun untuk wilayah Indonesia.

Masyarakat juga bisa melihat dan mengamati fenomena "Supermoon" yang menunjukkan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus yang secara umum dapat terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia.

Seiring dengan fenomena "Supermoon", BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tingginya pasang air laut maksimum mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi Bulan dengan Matahari.

Sukamto mengaku ketinggian rob yang masuk ke rumahnya biasanya sekitar 15-20 centimeter, tetapi pada Jumat (1/12) sampai setengah meter karena air laut pasang yang cukup tinggi.

"Pernah pada 2016, pas mau Lebaran. Itu pas Bulan Puasa, malah selama dua bulan penuh kebanjiran (rob, red.). Tahun lalu lebih sering lagi robnya, termasuk yang sampai setengah meter itu," kata Sukamto.

Sukardi (55) yang juga warga Kampung Tenggang, Semarang membenarkan ketinggian rob yang sampai 50 cm pada 1 Desember 2017, padahal biasanya ketinggian rob hanya 15-20 cm.

"Saya tidak tahu juga kenapa. Ya, meskipun satu jam langsung surut, warga kan tidak ada persiapan. Tidak tahu juga apakah ini nanti ("Supermoon", red.) juga sama tingginya kayak kemarin," katanya.

Pria yang lahir dan besar di Kampung Tenggang, Semarang itu, mengaku dahulu tidak pernah terjadi rob di kampungnya, tetapi baru 2-3 tahun terakhir permukimannya kerap tergenang rob.

"Dulu, tidak pernah rob. Saya lahir tahun 1963 di sini. Ya, baru sekitar 2-3 tahun ini ada rob. Kemarin, 1 Desember 2017 malah tinggi. Kalau dampak penyakitnya, biasanya gatal-gatal," katanya.

Meski demikian, Sukardi mengaku dengan adanya informasi fenomena "Supermoon" yang diketahuinya dari media bisa membuatnya lebih bersiap menghadapi potensi rob, seraya berharap tidak sampai terjadi rob. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024