Semarang (Antaranews jateng) - Bambang Sadono politikus asal Jawa Tengah membukukan sajak-sajak yang dibuatnya selama rentang 1980-an yang membuktikan karya kepenyairannya sebelum menekuni dunia politik.

Peluncuran buku kumpulan puisi sosok kelahiran Blora, 30 Januari 1957 yang diberi judul "Sumpah Setyaki" itu berlangsung di Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Selasa.

Ayah empat anak yang kebetulan tengah berulang tahun itu mengakui sudah menjadi kebiasaan setiap ulang tahunnya dirayakannya dengan menerbitkan buku, termasuk tahun ini dengan buku-buku kumpulan sajaknya.

"Saya ingin membuktikan kepada anak dan cucu bahwa bapaknya dan eyangnya adalah seorang penyair. Sebelum memulai karier jadi wartawan, saya penulis. Pertama kali, penulis sajak," katanya, seraya tertawa.

Buku berisi kumpulan puisi menjadi pilihan karena tidak cukup banyak waktu menulis buku, kata dia, sementara kendalanya dirinya sudah lama tidak menulis puisi karena terakhir menulis puisi era 1980-an.

"Kemudian ini (puisi-puisi karyanya, red.) dikumpulkan dengan susah payah. Sebab, tidak semua puisi saya simpan sendiri. Ada yang disimpan teman-teman juga," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jateng itu.

Buku setebal 100 halaman itu berisi sekitar 80 judul puisi yang ditulis Bambang Sadono pada rentang 1978 hingga pertengahan 1985 yang merupakan kritik terhadap kondisi sosial masyarakat ketika itu.

"Sumpah Setyaki" dipilih sebagai judul karena terinspirasi tokoh Setyaki dalam pewayangan yang dikenal sebagai sosok pejuang sejati yang memiliki kerelaan dan tanpa pamrih yang terkenal dengan sumpahnya, yakni "Sumpah Setyaki".

Bersama dengan buku "Sumpah Setyaki", mantan Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu juga meluncurkan sebuah buku berisi anekdot ringan yang berjudul "Senyum Simpul Bersama Bambang Sadono".

Sebagai kado ulang tahun Bambang Sadono yang ke-61, sang istri, Restu Lanjari juga dinyatakan lulus sidang doktoral di Unnes, sekaligus peluncuran lomba baca puisi yang digelarnya untuk tingkat Jateng.

Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman yang berkesempatan meluncurkan dua buku Bambang Sadono menyambut baik sebagai tradisi keilmuan yang harus terus dilestarikan karena ruang ilmu tidak aka pernah habis.

"Ruang ilmu tidak akan pernah habis. Sekeras apapun berdebat, berteriak, ilmu tidak akan pernah habis. Justru semakin memperluas keilmuan. Unnes sebagai rumah ilmu menyambut positif dan produktif ini," katanya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang hadir pada kesempatan itu turut mengapresiasi, termasuk kepada Unnes yang memberikan ruang kepada tokoh masyarakat, sekaligus politikus yang memiliki karya.

"Ini sebagai bagian dari mencerdaskan bangsa. Saya langsung terinspirasi. Kemarin, saya juga baru me-`launching` buku berjudul `Anak Negeri` di sebuah desa terpencil di Boyolali," kata politikus PDI Perjuangan itu. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024