Semarang (Antaranews Jateng) - Bambang Sadono sebagai salah satu tokoh asal Jawa Tengah ingin menggiatkan apresiasi puisi di kalangan anak muda untuk meningkatkan minat terhadap sastra.

"Kalau dahulu banyak dikenal banyak tokoh, seperti mendiang Darmanto Jatman yang sedemikian luar biasa dinamikanya dalam bersastra. Sekarang, jarang," katanya di Semarang, Kamis.

Menurut dia, perhatian terhadap sastra dan seni sekarang ini menurun seiring dengan pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama di kalangan generasi muda.

Bahkan, kata dia, nilai-nilai yang terkandung dalam sajak dan puisi di kalangan generasi muda sekarang ini terkesan dangkal, berbeda dengan karya sastra dahulu yang sarat nilai.

Ia menjelaskan bahwa puisi adalah karya seni yang menjadi tren pada era 1970 s.d. 1980-an, tetapi sekarang ini makin hilang termakan zaman dengan makin canggihnya teknologi.

Apalagi, kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jateng itu, perhatian kalangan media untuk memberikan ruang sastra sekarang ini makin berkurang.

"Media makin asyik mengurusi dirinya sendiri. Tidak banyak berkomunikasi dengan masyarakat melalui ruang-ruang sastra," kata mantan Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat itu.

Sosok kelahiran Blora, 30 Januari 1957, itu pun aktif menulis sajak dan puisi pada era 1980-an saat berkecimpung di media massa dengan menyoroti berbagai persoalan sosial di tengah masyarakat.

Kumpulan puisinya yang dihasilkannya pada rentang 1978 hingga pertengahan 1985 itu disusunnya menjadi sebuah buku setebal 100 halaman berjudul "Sumpah Setyaki" yang akan segera diluncurkannya.

Terdorong dengan makin lunturnya minat sastra di kalangan generasi muda, dia berinisiatif menggelar lomba baca puisi tingkat Jateng bertajuk "Lomba Baca Puisi Piala Bambang Sadono".

Ia mengatakan bahwa lomba baca puisi itu dibagi dalam dua tahap, yakni tahap pertama seleksi tingkat kabupaten/kota pada bulan Februari s.d. Desember 2018, dan seleksi tingkat Jateng pada bulan Januari 2019.

Lomba baca puisi itu tidak dibatasi kelas, kata dia, artinya bersifat umum yang bisa diikuti peserta berusia 15 s.d. 25 tahun dengan mendaftar di sekretariat kabupaten/kota masing-masing.

"Pendaftaran bisa dilakukan mulai 25 Januari s.d. 25 Februari 2018. Tiap daerah akan dipilih tiga terbaik untuk final di Semarang. Target kami ada 3.500 peserta," kata Bambang.

Sementara itu, Handry T.M., juri lomba baca puisi, mengatakan bahwa setiap peserta wajib membawakan satu puisi karya Bambang Sadono yang ada dalam buku "Sumpah Setyaki".

"Satu puisi karya Bambang Sadono, dan dua puisi lainnya bebas. Peserta mendaftar Rp50 ribu dan akan mendapatkan buku Sumpah Setyaki. Silakan dipilih puisi yang akan dibacakan," katanya.

Untuk penilaian, Handry menyebutkan ada beberapa indikator yang dinilai, antara lain, penampilan, kekuatan vokal, dan penafsiran yang akan dinilai oleh para dewan juri.

Hadiah bagi pemenang pertama lomba baca puisi adalah uang sebesar Rp10 juta, disusul juara kedua sebesar Rp7,5 juta, juara ketiga Rp5 juta, dan 10 juara harapan sebesar Rp2,5 juta.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024