Jepara (Antaranews Jateng) - Nelayan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai tertarik menggunakan energi surya untuk penerangan kapal saat melaut pada malam hari karena dinilai lebih hemat dibandingkan dengan lampu yang menggunakan energi baterai.
Menurut Ketua Paguyuban Nelayan Buana Karya Kelurahan Jobokuto Jepara, Arifin, di Jepara, Kamis, hampir sebagian besar nelayan di Kelurahan Jobokuto, Kecamatan Kota Jepara menggunakan energi surya untuk digunakan sebagai lampu penerangan saat melaut pada malam atau dini hari ketika suasana masih gelap.
Lampu penerangan tersebut, lanjut dia, selain untuk penerangan kapal juga digunakan sebagai penanda, bahwa ada perahu nelayan yang tengah mencari ikan.
Hal itu, kata dia, juga untuk keselamatan diri karena sebelumnya ada kasus perahu nelayan ditabrak kapal tongkang karena tidak mengetahui ada perahu nelayan yang tengah mencari ikan.
"Setidaknya, ketika ada lampu penerangan, maka kapal-kapal besar yang melintasi Perairan Jepara bisa melihat bahwa ada perahu nelayan tengah mencari ikan, sehingga tabrakan bisa dihindarkan," ujarnya.
Sebelum menggunakan energi surya, kata dia, nelayan menggunakan lampu yang menggunakan energi dari batere yang sekali pakai, sehingga ketika habis harus membeli lagi.
Dengan energi surya, kata dia, nelayan hanya perlu mengeluarkan untuk membeli panel surya beserta aki ukuran tertentu sesuai kapasitas daya tampung energi yang diinginkan, karena ada yang digunakan untuk penerangan sekaligus untuk menghidupkan alat musik.
Biaya untuk pengadaan panel surya beserta aki, kata dia, berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta disesuaikan dengan ukuran daya tampung energi listriknya.
Ia memperkirakan nelayan mulai menggunakan energi surya sekitar satu tahun terakhir karena mengetahui manfaatnya yang cukup besar.
Abdullah, nelayan yang lain mengakui, tertarik menggunakan energi surya karena dinilai lebih hemat biaya dibandingkan menggunakan batere yang sekali pakai.
Selain bisa digunakan untuk penerangan, lanjut dia, energi listrik yang dihasilkan dari energi panas matahari tersebut juga bisa digunakan untuk membuang air hujan yang masuk ke dalam perahu, karena sebelumnya menggunakan cara manual.
"Kelemahan menggunakan cara manual, justru bisa mengurangi ketebalan kayu pada lambung kapal, sehingga nelayan memilih menggunakan mesin penyedot air yang dioperasikan menggunakan energi surya tersebut," ujarnya.
Ia mengaku mulai menggunakan energi surya untuk lampu penerangan dan lainnya sejak satu tahun yang lalu.
Hal serupa diakui nelayan yang melayani wisatawan dari Pantai Bandengan menuju Pulau Panjang mulai menggunakan energi surya untuk menghidupkan mesin penyedot air untuk membuang air yang masuk ke dalam badan perahu.
Sebelumnya, para nelayan hanya menggunakan gayung yang dibuang secara manual, namun adanya nelayan yang mencoba menggunakan energi surya dan lebih menghemat, akhirnya nelayan lain tertarik menggunakannnya.
Menurut Ketua Paguyuban Nelayan Buana Karya Kelurahan Jobokuto Jepara, Arifin, di Jepara, Kamis, hampir sebagian besar nelayan di Kelurahan Jobokuto, Kecamatan Kota Jepara menggunakan energi surya untuk digunakan sebagai lampu penerangan saat melaut pada malam atau dini hari ketika suasana masih gelap.
Lampu penerangan tersebut, lanjut dia, selain untuk penerangan kapal juga digunakan sebagai penanda, bahwa ada perahu nelayan yang tengah mencari ikan.
Hal itu, kata dia, juga untuk keselamatan diri karena sebelumnya ada kasus perahu nelayan ditabrak kapal tongkang karena tidak mengetahui ada perahu nelayan yang tengah mencari ikan.
"Setidaknya, ketika ada lampu penerangan, maka kapal-kapal besar yang melintasi Perairan Jepara bisa melihat bahwa ada perahu nelayan tengah mencari ikan, sehingga tabrakan bisa dihindarkan," ujarnya.
Sebelum menggunakan energi surya, kata dia, nelayan menggunakan lampu yang menggunakan energi dari batere yang sekali pakai, sehingga ketika habis harus membeli lagi.
Dengan energi surya, kata dia, nelayan hanya perlu mengeluarkan untuk membeli panel surya beserta aki ukuran tertentu sesuai kapasitas daya tampung energi yang diinginkan, karena ada yang digunakan untuk penerangan sekaligus untuk menghidupkan alat musik.
Biaya untuk pengadaan panel surya beserta aki, kata dia, berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta disesuaikan dengan ukuran daya tampung energi listriknya.
Ia memperkirakan nelayan mulai menggunakan energi surya sekitar satu tahun terakhir karena mengetahui manfaatnya yang cukup besar.
Abdullah, nelayan yang lain mengakui, tertarik menggunakan energi surya karena dinilai lebih hemat biaya dibandingkan menggunakan batere yang sekali pakai.
Selain bisa digunakan untuk penerangan, lanjut dia, energi listrik yang dihasilkan dari energi panas matahari tersebut juga bisa digunakan untuk membuang air hujan yang masuk ke dalam perahu, karena sebelumnya menggunakan cara manual.
"Kelemahan menggunakan cara manual, justru bisa mengurangi ketebalan kayu pada lambung kapal, sehingga nelayan memilih menggunakan mesin penyedot air yang dioperasikan menggunakan energi surya tersebut," ujarnya.
Ia mengaku mulai menggunakan energi surya untuk lampu penerangan dan lainnya sejak satu tahun yang lalu.
Hal serupa diakui nelayan yang melayani wisatawan dari Pantai Bandengan menuju Pulau Panjang mulai menggunakan energi surya untuk menghidupkan mesin penyedot air untuk membuang air yang masuk ke dalam badan perahu.
Sebelumnya, para nelayan hanya menggunakan gayung yang dibuang secara manual, namun adanya nelayan yang mencoba menggunakan energi surya dan lebih menghemat, akhirnya nelayan lain tertarik menggunakannnya.