Banjarnegara (Antaranews Jateng) - Petani di Desa Purwasaba, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, bersyukur karena bisa panen lebih awal dari biasanya berkat upaya khusus yang digalakkan Kementerian Pertanian berupa percepatan masa tanam.

"Kami selalu bersyukur dengan datangnya panen. Selain itu, di luar kebiasaan yang ada, biasanya kami baru panen pada bulan Februari. Akan tetapi, sekarang bisa panen pada bulan Januari," kata Ketua Kelompok Tani "Lestari" Karso di Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Jumat.

Oleh karena itu, pihaknya telah menggelar "kupengan" yang merupakan tradisi untuk mensyukuri nikmat yang didapat.

Menurut dia, tradisi "kupengan" sudah berlangsung secara turun-temurun yang digelar untuk menyambut atau mengawali masa panen.

Tradisi "kupengan" yang dilaksanakan pada hari Kamis (11/1) dihadiri Penanggung Jawab Upsus Kementan Wilayah Banjarnegara, Komandan Komando Rayon Militer Mandiraja, petugas pertanian dari Kecamatan Mandiraja, dan petani anggota Kelompok Tani "Lestari".

Ia mengatakan bahwa masa tanam di Desa Purwasaba di awal bulan Oktober 2017 ketika baru memasuki musim hujan atau lebih cepat daripada biasanya yang dilaksanakan sekitar November.

"Kami akui ada sedikit kendala pada awal tanam karena sempat terkena hama wereng pada minggu pertama. Namun, cepat diatasi oleh petugas POPT (pengendali organisme pengganggu tanaman), penyuluh, dan babinsa (bintara pembina desa)," katanya.

Karso mengatakan mengatakan luasan tanaman padi milik Kelompok Tani "Lestari" yang dipanen mencapai 45 hektare dengan varietas Mekongga dan berdasarkan penghitungan secara ubinan mendapatkan hasil sekitar 7 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

"Alhamdulillah, berkat pendampingan dari penyuluh, mantri tani, petugas POPT, dan motivasi dari babinsa, kami dapat menuai hasil yang baik," katanya.

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Kecamatan Mandiraja Sri Ningsih mengatakan bahwa luasan lahan sawah di Desa Purwasaba mencapai 70 hektare yang dimiliki oleh tiga kelompok tani dengan pola tanam padi, padi, padi atau IP 300.

Menurut dia, hal itu dapat dilakukan karena didukung oleh jaringan irigasi teknis yang lancar serta ketersediaan alat mesin pertanian dan benih menjadi faktor terwujudnya pola tanam tersebut.

"Faktor lainnya adalah kekompakan antara petani, petugas pertanian, dan babinsa yang terus terjaga dan saling bahu-membahu untuk peningkatan produktivitas," katanya.

Setelah masa panen berakhir, kata dia, petani akan langsung melakukan pengolahan tanah kembali agar segera bisa tanam lagi untuk mencapai target yang telah ditentukan.

"Kami dari petugas pertanian akan terus berjuang dan semangat untuk mewujudkan swasembada pangan dan kesejahteraan petani," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024