Semarang, ANTARA JATENG - Axa dan Axa Mandiri menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk memperbanyak profesi aktuaris guna membantu perkembangan sektor jasa keuangan nasional.

"Profesi atuaris memang masih kurang. Dari sisi ketersediaan dan kebutuhan perbedaannya besar sekali," kata Chief Corporate Affairs Officer AXA Indonesia Benny Waworuntu di Semarang, Kamis.

Hal itu diungkapkannya di sela kegiatan "Siswa Cerdas Siswa Mandiri" di SMA Negeri 3 Semarang yang diikuti 200 siswa bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan UGM Yogyakarta.

Benny menjelaskan aktuaris yang merupakan profesi dengan peranan penting dalam menganalisis risiko dan pengambilan keputusan di industri jasa keuangan selama ini belum banyak dikenal masyarakat.

"Berdasarkan data Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), saat ini hanya ada 400-an aktuaris yang terdaftar di Indonesia, baik yang memiliki lisensi penuh maupun sebagian," katanya.

Padahal, kata dia, kebutuhan industri jasa keuangan terhadap aktuaris terus meningkat, terutama perusahaan asuransi karena regulasi mensyaratkan kewajiban mempunyai tenaga aktuaris.

"Sekarang saja, di Indonesia setidaknya ada 100 perusahaan asuransi. Kalau di Axa, keberadaan aktuaris ada 20-an orang. Sudah cukup, tidak kurang dan tidak berlebih," katanya.

Oleh karena itu, kata Benny, Axa memiliki kepedulian untuk meningkatkan jumlah tenaga aktuaris, sekaligus sebagai dukungan terhadap "Program 1.000 Aktuaris" yang dicanangkan OJK.

Director of Operations AXA Mandiri Financial Services Ni Nyoman Trisnasari mengatakan aktuaris sebenarnya profesi yang bergengsi dan memiliki prospek karier yang sangat baik.

"Profesi (aktuaris, red.) ini sangat bergengsi dan bagus untuk anak-anak ini (SMA, red.). Makanya, kami ajak mereka untuk mengetahui bagaimana profesi aktuaris agar mereka tertarik," katanya.

Sementara itu, pengajar Departemen Matematika FMIPA UGM Drs. Danardono, MPH, Ph.D. mengatakan bahwa perguruan tinggi itu sudah memiliki program penyetaraan sertifikasi aktuaris sejak 2007.

"Begitu lulus UGM, dari statistik atau matematika bisa ikut penyetaraan. Aktuaris memang lebih banyak ke perhitungan matematis dan statistik makanya di bawah Fakultas MIPA," katanya.

Saat ini, kata dia, UGM tengah menyiapkan pendirian Program Studi Aktuaria di bawah FMIPA untuk membantu memenuhi kebutuhan industri jasa keuangan sehingga akan semakin optimal pembelajarannya.

"Kebetulan, di Institut Teknologi Bandung (IPB) sudah ada, Universitas Indonesia juga sudah `launching` cuma belum menerima mahasiswa. Ini kami sedang proses pengusulan ke Senat," katanya.

Targetnya, kata Danardono, Prodi Aktuaria UGM bisa dibuka pada tahun depan dengan kuota perdana 30 mahasiswa karena secara sumber daya manusia (SDM) dan kurikulum sudah siap semuanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024