Kudus, ANTARA JATENG - Universitas Muria Kudus (UMK), Jawa Tengah, siap membantu meningkatkan daya saing produk kerajinan Batik Bakaran Juwana, Kabupaten Pati melalui pemanfaatan teknologi.

Menurut Ketua Program Pengabdian Masyarakat Iptek bagi Produk Unggulan Daerah (IbPUD) UMK Mukhamad Nurkamid di Kudus, Kamis, program IbPUD UMK rencananya berlangsung selama tiga tahun mulai tahun 2017 hingga 2019.

Fokus utamanya, kata dia, memberikan pendampingan terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak dalam pembuatan batik di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.

Harapanya, kata Mukhamad, mereka bisa bersaing di tingkat global.

Ia menjelaskan, pemanfaatan teknologi yang dimaksudkan, di antaranya dengan mengaplikasikan teknologi untuk filterisasi limbah, pemanfaat "software" keuangan, dan melakukan penetrasi pasar berbasis teknologi informasi.

"Kami juga akan mendorong pengembangan usaha Batik Bakaran Juwana melalui pembenahan di bidang manajemen usaha dan keuangan serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM)," ujarnya.

Dalam menjalankan program tersebut, dia dibantu dua dosen lain yang juga aggota Program Pengabdian Masyarakat IbPUD UMK, yakni Budi Gunawan yang merupakan dosen di bidang teknik dan di bidang ekonomi ada Sri Mulyani.

Beberapa pengrajin batik di Juwana, katanya, juga didorong untuk mematenkan agar tidak ada klaim yang muncul dari pengusaha batik lainnya.

Budi Gunawan menambahkan, Batik Bakaran Juwana, merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki Kabupaten Pati.

"Prospeknya tentu masih sangat terbuka lebar untuk bisa masuk pasar global atau luar negeri, karena merupakan produk kerajinan tangan dan memiliki corak yang cukup khas," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, permintaan pasar terhadap batik bakaran juga cukup bagus.

Pengrajin batik yang digandeng sebagai mitra program IbPUD, kata dia, untuk sementara Adisa Batik dan Satria Batik yang dimulai sejak Juli 2017.

"Mudah-mudahan, nantinya bisa berkembang lagi, sehingga para pengrajin batik di Kecamatan Juwana memiliki daya saing yang semakin tinggi, baik di pasar nasional maupun internasional," ujarnya.

Meskipun hanya dua pengrajin yang digandeng, kata dia, setiap ada kegiatan pelatihan atau pembekalan melibatkan pengrajin batik lainnya.

Dua pengrajin batik tersebut, kata dia, sebagai proyek percontohan untuk didorong agar produk batiknya bisa diekspor.

"Setiap tahun, kami akan dievaluasi oleh pihak Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMK hasil pendampingan di lapangan," ujarnya.

Kalaupun nantinya kedua pelaku UMKM tersebut berhasil, kata dia, ilmunya tentu bisa ditularkan ke pengrajin batik lainnya.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor :
Copyright © ANTARA 2024