Solo, ANTARA JATENG - Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menambah dua guru besar di bidang pendidikan, yaitu Prof Wiedy Murtini sebagai guru besar bidang pendidikan ekonomi dan Prof Gunarhadi sebagai guru besar bidang pendidikan luar biasa.

Pada jumpa pers yang dilaksanakan di Solo, Senin, pada pidato pengukuhan yang dilaksanakan pada sidang senat terbuka besok (3/10), Prof Wiedy akan menyampaikan topik mengenai perintegrasian nilai-nilai karakter, "soft skills", dan "transferable skills" dalam model pembelajaran GEPRAK.

"GEPRAK ini adalah kepanjangan dari grup atau kelompok, eksplorasi, pengembangan ide, penyusunan dan presentasi rencana usaha, aksi dan kompetisi usaha," katanya.

Ia mengatakan GEPRAK merupakan produk pengembangan model pengintegrasian nilai-nilai karakter, "soft skills", dan "transferable skills" dalam pembelajaran kewirausahaan di SMK.

"Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan di sekolah yang dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan global, memiliki `soft skills` yang mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan bermasyarakat, dan lebih berbudaya," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Prof Gunarhadi mengatakan pada pengukuhan besok akan berpidato mengenai klaster sebagai model pembelajaran humanistik ramah anak pada sekolah inklusif.

"Beberapa tahun terakhir ini kan pendidikan iklusif sedang `booming` di dalam negeri. Pendidikan ini merupakan seruan bukan hanya gerakan internasional tetapi juga nasional. Tujuannya terutama anak berkebutuhan khusus bisa mengakses pendidikan," katanya.

Ia mengatakan sesuai dengan kerangka kerja pendidikan, pendidikan inklusif menjadi wadah paling pas agar bisa mengakomodasi anak-anak berkebutuhan khusus.

"Terutama anak-anak termarginalkan atau dalam paper ini disebut anak berkebutuhan khusus," katanya.

Ia mengatakan paper tersebut sejalan dengan upaya pembudayaan pendidikan inklusif yang ternyata mendapatkan sambutan antusias dari masyarakat.

Ia mengatakan terbukti pengembangannya sejak tahun 2000-an sampai sekarang tercatat sejumlah 23 provinsi dan 103 kabupaten/kota telah mendeklarasikan diri sebagai daerah inklusif dengan memberdayakan sekolah luar biasa sebagai sistem dukungan.

"Keberadaan sekolah luar biasa sangat membantu berjalannya layanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Sampai dengan tahun 2016, sekolah-sekolah inklusif melayani sebanyak 159.002 atau 10 persen dari total anak berkebutuhan khusus di Indonesia," katanya.


Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024