Magelang, ANTARA JATENG - Kepolisian Resor Magelang, Jawa Tengah, menggelar prarekonstruksi kasus dugaan kekerasan yang menimpa siswa SMA Taruna Nusantara Magelang.
Kegiatan yang berlangsung tertutup di kompleks SMA Taruna Nusantara, Jumat, menurut Kapolres Magelang, AKBP Hindarsono bertujuan untuk memperjelas, menyinkronkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan para saksi dengan kejadian di lapangan.
Ia menuturkan dalam penanganan kasus ini pihaknya berusaha tetap profesional saat memeriksa saksi maupun terduga pelaku.
"Kami juga akan upayakan dari pihak sekolah dan keluarga korban, nanti seperti apa. Kalau memang akan ada pertemuan, silakan," katanya.
Ia menyebutkan, pada prarekonstruksi ini melibatkan enam siswa SMA Taruna Nusantara.
Ia mengatakan selama ini pemeriksaan dilakukan di kompleks SMA Taruna Nusantara. Ke depan, akan memindah proses pemeriksaan di Mapolres Magelang.
"Kami masih memeriksa terduga pelaku, sementara masih dilakukan di SMA Taruna Nusantara. Nanti akan dilakukan di polres dengan didampingi keluarga, sekolah, bapas, dan pihak terkait lain," katanya.
Ia berharap pihak sekolah bisa membuka diri dan bekerja sama dalam penyelidikan kasus dugaan kekerasan ini sehingga kasus serupa tidak lagi terjadi di masa depan.
"Kami terus berkoordinasi dengan sekolah dan keluarga korban. Korban masih sekolah di SMA TN," katanya.
Seperti diketahui, EC (45) orang tua dari siswa SMA Taruna Nusantara, MIH (15) melaporkan aksi dugaan bullying berupa kekerasan fisik yang terjadi di dalam kompleks SMA Taruna Nusantara, yakni di Graha Rajawali I.
Aksi yang terjadi pada Kamis (31/8) tersebut dilaporkan ke Polres Magelang pada Sabtu (2/9).
Pihak SMA TN menyesalkan adanya laporan dugaan bullying berupa kekerasan fisik tersebut ke Polres Magelang.
"Kenapa tidak melaporkan lebih dulu ke sekolah secara berjenjang. Mulai dari wali graha yang bertanggung jawab langsung terhadap siswa," kata Kepala Humas SMA Taruna Nusantara, Cecep Iskandar.
Kegiatan yang berlangsung tertutup di kompleks SMA Taruna Nusantara, Jumat, menurut Kapolres Magelang, AKBP Hindarsono bertujuan untuk memperjelas, menyinkronkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan para saksi dengan kejadian di lapangan.
Ia menuturkan dalam penanganan kasus ini pihaknya berusaha tetap profesional saat memeriksa saksi maupun terduga pelaku.
"Kami juga akan upayakan dari pihak sekolah dan keluarga korban, nanti seperti apa. Kalau memang akan ada pertemuan, silakan," katanya.
Ia menyebutkan, pada prarekonstruksi ini melibatkan enam siswa SMA Taruna Nusantara.
Ia mengatakan selama ini pemeriksaan dilakukan di kompleks SMA Taruna Nusantara. Ke depan, akan memindah proses pemeriksaan di Mapolres Magelang.
"Kami masih memeriksa terduga pelaku, sementara masih dilakukan di SMA Taruna Nusantara. Nanti akan dilakukan di polres dengan didampingi keluarga, sekolah, bapas, dan pihak terkait lain," katanya.
Ia berharap pihak sekolah bisa membuka diri dan bekerja sama dalam penyelidikan kasus dugaan kekerasan ini sehingga kasus serupa tidak lagi terjadi di masa depan.
"Kami terus berkoordinasi dengan sekolah dan keluarga korban. Korban masih sekolah di SMA TN," katanya.
Seperti diketahui, EC (45) orang tua dari siswa SMA Taruna Nusantara, MIH (15) melaporkan aksi dugaan bullying berupa kekerasan fisik yang terjadi di dalam kompleks SMA Taruna Nusantara, yakni di Graha Rajawali I.
Aksi yang terjadi pada Kamis (31/8) tersebut dilaporkan ke Polres Magelang pada Sabtu (2/9).
Pihak SMA TN menyesalkan adanya laporan dugaan bullying berupa kekerasan fisik tersebut ke Polres Magelang.
"Kenapa tidak melaporkan lebih dulu ke sekolah secara berjenjang. Mulai dari wali graha yang bertanggung jawab langsung terhadap siswa," kata Kepala Humas SMA Taruna Nusantara, Cecep Iskandar.