Semarang, ANTARA JATENG - Universitas Negeri Semarang mengajak 10 mahasiswa dari Thailand dan Malaysia untuk belajar membuat biodiesel dan kriya tulang daun dalam program "Internasional Community Engangement (ICE) 2017".
"Ada 10 mahasiswa yang ikut, yakni enam orang dari Universiti Teknologi MARA Malaysia dan empat dari Kaseysart University Thailand," kata Kepala International Office Unnes Intan Permata Hapsari di Semarang, Senin.
Menurut dia, kegiatan ICE itu sebenarnya salah satu dari kegiatan yang dituangkan Unnes atas hibah bantuan Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional (PKKUI) 2017 yang dimenangi Universitas Konservasi itu.
Ia menjelaskan biodiesel dan kriya tulang daun dipilih untuk bahan pembelajaran bagi mahasiswa perguruan tinggi asing mitra itu karena termasuk hasil penelitian peneliti Unnes yang telah berhasil dipatenkan.
"Untuk biodiesel ada Dr Ratna Dewi Kusumaningtyas dari Fakultas Teknik yang `mandegani` (memimpin penelitian, red.), sementara kriya tulang daun ditangani oleh Prof Amin Retnoningsih dari Jurusan Biologi FMIPA Unnes," katanya.
Pada kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 10 hari, mulai 14-25 Agustus 2017, lanjut dia, 10 mahasiswa dari Thailand dan Malaysia itu kali pertama diajak ke Perkebunan Karet di daerah Tuntang, Kabupaten Semarang.
Di kebun karet itu, kata dia, mereka diminta mencari biji-biji karet untuk dibawa ke Laboratorium Teknik Kimia, FT Unnes, dan kemudian diajari cara mengolahnya jadi minyak biodiesel sehingga benar-benar paham.
Demikian pula untuk kriya tulang daun, Intan mengatakan mahasiswa diajari mengolah hingga mewarnai tulang daun, kemudian dikreasi menjadi berbagai produk, seperti lukisan, gantungan kunci, dan bunga hiasan meja.
Tak hanya itu, kata dia, mahasiswa juga diajak mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar bisa berwirausaha dengan mengolah biji karet atau membuat kreasi kriya dari daun.
Staf Ahli Rektor Unnes Bidang Kerja Sama dan Internasionalisasi, Dr Ratna Dewi Kusumaningtyas, sekaligus peneliti biodiesel menambahkan program ICE itu dikonsep dengan tema "Journey to Biodiesel and Skeleton Leaf Arts".
"Kami memang ingin program ICE 2017 ini bisa semakin memperkuat reputasi Program Studi Teknik Kimia FT dan Biologi FMIPA Unnes yang telah memiliki paten dari dua hasil penelitian tersebut," katanya.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mengatakan kegiatan ICE merupakan bagian dari internasionalisasi Unnes agar semakin dikenal luas tidak hanya di kancah lokal, tetapi juga internasional.
"Internasionalisasi ini merupakan salah satu dari sekian strategi untuk membesarkan Unnes dalam rangka meningkatkan reputasi di kancah global sebagai perguruan tinggi terakresitasi A," pungkasnya.
"Ada 10 mahasiswa yang ikut, yakni enam orang dari Universiti Teknologi MARA Malaysia dan empat dari Kaseysart University Thailand," kata Kepala International Office Unnes Intan Permata Hapsari di Semarang, Senin.
Menurut dia, kegiatan ICE itu sebenarnya salah satu dari kegiatan yang dituangkan Unnes atas hibah bantuan Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional (PKKUI) 2017 yang dimenangi Universitas Konservasi itu.
Ia menjelaskan biodiesel dan kriya tulang daun dipilih untuk bahan pembelajaran bagi mahasiswa perguruan tinggi asing mitra itu karena termasuk hasil penelitian peneliti Unnes yang telah berhasil dipatenkan.
"Untuk biodiesel ada Dr Ratna Dewi Kusumaningtyas dari Fakultas Teknik yang `mandegani` (memimpin penelitian, red.), sementara kriya tulang daun ditangani oleh Prof Amin Retnoningsih dari Jurusan Biologi FMIPA Unnes," katanya.
Pada kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 10 hari, mulai 14-25 Agustus 2017, lanjut dia, 10 mahasiswa dari Thailand dan Malaysia itu kali pertama diajak ke Perkebunan Karet di daerah Tuntang, Kabupaten Semarang.
Di kebun karet itu, kata dia, mereka diminta mencari biji-biji karet untuk dibawa ke Laboratorium Teknik Kimia, FT Unnes, dan kemudian diajari cara mengolahnya jadi minyak biodiesel sehingga benar-benar paham.
Demikian pula untuk kriya tulang daun, Intan mengatakan mahasiswa diajari mengolah hingga mewarnai tulang daun, kemudian dikreasi menjadi berbagai produk, seperti lukisan, gantungan kunci, dan bunga hiasan meja.
Tak hanya itu, kata dia, mahasiswa juga diajak mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar bisa berwirausaha dengan mengolah biji karet atau membuat kreasi kriya dari daun.
Staf Ahli Rektor Unnes Bidang Kerja Sama dan Internasionalisasi, Dr Ratna Dewi Kusumaningtyas, sekaligus peneliti biodiesel menambahkan program ICE itu dikonsep dengan tema "Journey to Biodiesel and Skeleton Leaf Arts".
"Kami memang ingin program ICE 2017 ini bisa semakin memperkuat reputasi Program Studi Teknik Kimia FT dan Biologi FMIPA Unnes yang telah memiliki paten dari dua hasil penelitian tersebut," katanya.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mengatakan kegiatan ICE merupakan bagian dari internasionalisasi Unnes agar semakin dikenal luas tidak hanya di kancah lokal, tetapi juga internasional.
"Internasionalisasi ini merupakan salah satu dari sekian strategi untuk membesarkan Unnes dalam rangka meningkatkan reputasi di kancah global sebagai perguruan tinggi terakresitasi A," pungkasnya.