Semarang, ANTARA JATENG - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Semarang menggelar lomba orasi menirukan gaya para pahlawan menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia.

Dari 27 siswa perwakilan kelas X dan XI, tersaring sebanyak 10 finalis yang harus berorasi dengan gaya masing-masing pahlawan yang diperankan, di halaman sekolah tersebut, di Semarang, Rabu.

Bukan hanya gaya berorasi, para peserta juga ada yang mengenakan atribut khas, seperti Ardhytama yang tampil dengan kostum putih berikut surban menyesuaikan perannya sebagai KH Ahmad Dahlan.

Dengan bersemangat, siswa kelas X MIPA 10 itu tampil total berorasi tentang keagamaan meniru sebisanya gaya sosok ulama besar pendiri Muhammadiyah, di hadapan juri dan para siswa yang jadi penonton.

"Dari 10 peserta yang tersaring, kami undi untuk peran pahlawannya. Laki-laki sendiri, perempuan sendiri," kata Alifa Puspandini (17), Ketua Panitia Hari Kemerdekaan RI di SMAN 3 Semarang.

Jadi, kata dia, siswa laki-laki pasti kebagian peran pahlawan laki-laki, seperti Achmad Subarjo, KH Ahmad Dahlan, Dr. Cipto Mangunkusumo, demikian pula siswa perempuan, seperti Cut Nya Dien.

Tema orasi yang dibawakan, kata siswi kelas XII MIPA 4 itu, disusun sendiri oleh peserta menyesuaikan sosok pahlawan, seperti KH Ahmad Dahlan tentang agama dan Dewi Sartika tentang gerakan wanita.

Sebenarnya, kata gadis berjilbab itu, kegiatan kepahlawanan semacam itu digelar rutin setiap peringatan Hari Kemerdekaan RI, tetapi temanya berbeda, seperti tahun lalu yang mengangkat tema "Soekarno Muda".

"Dari 10 finalis ini, diambil lima besar untuk ditentukan juara pertama, kemudian juara favorit dan `best performance`. Tidak hanya orasi, juri pun memberi pertanyaan yang dinilai," pungkasnya.

Rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan RI di SMA Negeri 3 Semarang dimulai sejak Selasa (15/8) lalu diisi berbagai lomba, antara lain "nation of mural", "chain in trap", dan "recycle doll".

Kepala SMAN 3 Semarang Wiharto menjelaskan kegiatan tahunan menyambut Hari Kemerdekaan itu semua ide kreasinya diserahkan kepada siswa, termasuk lomba menirukan orasi dan sosok pahlawan itu.

Dari sekolah, terutama guru, kata dia, sebatas melakukan bimbingan dan arahan, sementara pelaksanaan secara teknis diserahkan kepada siswa meskipun jurinya tetap berasal dari kalangan guru.

"Kami ingin anak-anak ini mengenali pahlawannya. Dengan begini, mereka pasti akan membaca, mencari literatur, bertanya pada guru mengenai sosok pahlawan yang mereka perankan," katanya.

Dengan mengenali sosok pahlawannya, kata Wiharto, tentunya akan membangkitkan semangat nasionalisme, sekaligus kepekaan mereka atas perjuangan yang dihadapi para pahlawan untuk merebut kemerdekaan.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024