Semarang, ANTARA JATENG.COM - Pakar komunikasi Gunawan Witjaksana memandang perlu masyarakat, khususnya warga internet (warganet) atau netizen, memiliki kemampuan menulis dan membaca (literasi) media agar mereka tidak mudah percaya terhadap informasi yang beredar via media sosial.

         "Oleh karena itu, perlu memelekkan masyarakat akan media dan informasi, antara lain, melalui literasi media dan informasi," kata  Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si. di Semarang, Minggu.

         Menurut Gunawan, fungsi informasi yang informatif adalah menghilangkan ketidakpastian. Hal ini mengingat, media massa, termasuk media sosial (medsos), memiliki kekuatan mulai melipatgandakan pengetahuan hingga interaksi serta komunikasi pararasional (tidak rasional).

         "Hal ini  perlu dimengerti serta dipahami, terutama oleh para pengguna dan penerimanya," kata Gunawan yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang.

         Melalui cara tersebut, pengguna akan lebih berhati-hati, sementara masyarakat sebagai penerima akan mampu memilih dan memilah mana media dan informasi yang benar serta mana media dan informasi yang abal-abal atau hoaks.

         Akan tetapi, sembari menunggu masyarakat makin melek informasi serta media, alangkah baiknya para elite mulai memikirkan serta melakukan komunikasi, terutama komunikasi politik, yang empati.

         Namun, hal itu bukan berarti melarang menyampaikan kritik dan memberikan masukan sesuai dengan amanat konstitusi, melainkan semua pihak perlu mengingat bahwa sebelum melakukan produksi pesan (message production), perlu memperhitungkan dampak yang akan terjadi bila mengomunikasikan pesan (message communication) tersebut.

         "Kebebasan yang kita manfaatkan harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab terhadap terhadap apa yang kita sampaikan. Ki Hajar Dewantara pun menyebut profesionalisme juga bercirikan adanya tanggung jawab terhadap apa yang kita kerjakan," katanya.

Pewarta : Kliwon
Editor :
Copyright © ANTARA 2024