Semarang, ANTARA JATENG - The Indonesia National Shipowners Association (INSA) atau Asosiasi Perusahaan Pelayaran Nasional menyatakan sektor pelayaran di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara asing.

"Ketertinggalan itu mulai dari pangsa pasar, jumlah armada, hingga modernisasi kapal," kata Ketua INSA DPC Semarang Ridwan di Semarang, Selasa.

Menurut dia, jika dibandingkan dari sisi frekuensi kedatangannya, kapal asing lebih teratur dalam penjadwalannya dibandingkan kapal dalam negeri. Selain itu, yang menjadikan kapal Indonesia masih kalah saing adalah kontribusi kapal Indonesia untuk pengangkutan barang secara internasional masih kecil.

Ridwan mengatakan berdasarkan data dari INSA, pada tahun 2016 ada sekitar 6 juta kapal kontainer yang mengangkut barang ke seluruh penjuru dunia. Dari total tersebut, kapal dari Indonesia hanya berkontribusi sebesar 6 persen.

Ia menilai kondisi tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan dan menggali potensi yang ada.

"Kalau dari sisi potensinya sangat besar. Selama ini banyak produk dari Indonesia yang pangsa pasarnya negara asing, seperti tekstil, garmen, hingga sepatu," katanya.

Sedangkan dari sisi impor, industri dalam negeri juga masih sangat bergantung dengan bahan baku dari luar negeri. Oleh karena itu, aktivitas impor masih cukup tinggi.

Sementara itu, mengenai pelayaran dalam negeri, dikatakannya, masih ada perlindungan bagi kapal pelayaran dalam negeri melalui asal "cabotage".

"Melalui asas ini artinya kapal asing tidak bisa melayani pengiriman barang antar pulau di dalam kawasan Indonesia. Ini keuntungan bagi pelayaran dalam negeri," katanya.

Meski demikian, dari sisi internasional, dikatakannya, pelayaran Indonesia harus meningkatkan daya saing. Terkait hal itu, pihaknya berupaya mendorong pemerintah untuk bersama-sama mengatasi hal ini.

"Tujuannya agar sektor pelayaran kita bisa bersaing di kancah internasional," katanya.

Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024