Semarang, ANTARA JATENG - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang mengingatkan pengoperasian Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng yang baru saja diluncurkan rawan bergesekan dengan BRT Trans Semarang.
"Rutenya kan ada yang berhimpitan. Trans Semarang sudah ada Koridor II Terminal Terboyo-Sisemut, Ungaran, sementara Trans Jateng dari Stasiun Tawang-Bawen," kata Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi di Semarang, Jumat.
Hal tersebut diungkapkan politikus PDI Perjuangan itu menanggapi diluncurkannya BRT Trans Jateng Koridor I yang melayani Semarang-Terminal Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan rute sama yang dikelola oleh dua operator berbeda dan armada yang berbeda jelas berpotensi menimbulkan gesekan di lapangan, yakni antara Trans Semarang dan Trans Jateng.
"Kenapa tidak dijadikan satu operator saja? Jadi, terintegrasi. Koridor II yang selama ini dikelola Pemkot Semarang diserahkan Pemprov Jateng, atau sebaliknya rute ke bawah dikelola Pemkot Semarang saja," katanya.
Jadi, kata dia, Trans Jateng hanya melayani dari Sisemut sampai Bawen, sementara Koridor II Trans Semarang dari Sisemut ke Terminal Terboyo tetap, kemudian sampai Stasiun Tawang bisa pindah ke koridor yang lainnya.
Menurut dia, masih banyak jalur-jalur lain yang belum terlayani sarana BRT sehingga tidak perlu menumpuk di rute yang sudah ada, seperti dari Sisemut ke Semarang yang selama ini sudah terlayani Trans Semarang.
"Belum lagi soal tarif yang ada perbedaan. Untuk Trans Jateng ada tarif khusus untuk buruh Rp1.000/orang sama dengan pelajar. Namun, Trans Semarang tarifnya sama untuk buruh dengan umum sebesar Rp3.500/orang," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti membenarkan adanya rute yang berhimpitan antara dua BRT itu, terutama dari Sisemut menuju Kota Semarang, termasuk di halte pemberhentiannya.
"Jadi, Trans Jateng juga singgah di halte-halte Trans Semarang mulai Sisemut sampai Stasiun Tawang. Sudah ada MoU-nya. Namun, untuk tarif selama ini kami memang belum mengakomodasi buruh. Masih sama seperti umum," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kemudian disepakati penumpang yang beralih moda dari Trans Jateng ke Trans Semarang, atau sebaliknya harus membayar lagi sebab jika tarifnya terusan akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.
"Memang di pergub disebutkan penumpang yang beralih moda tidak membayar lagi. Namun, tarif buruh kan berbeda. Jadi, kesepakatannya sama-sama membayar kalau berpindah dari Trans Jateng ke Trans Semarang, atau sebaliknya," pungkasnya.
Sebelumnya, BRT Trans Jateng yang melayani Koridor I dari Stasiun Tawang-Terminal Bawen diluncurkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat, untuk mempermudah akses transportasi dengan 18 armada yang beroperasi enam kali perjalanan PP.
"Rutenya kan ada yang berhimpitan. Trans Semarang sudah ada Koridor II Terminal Terboyo-Sisemut, Ungaran, sementara Trans Jateng dari Stasiun Tawang-Bawen," kata Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi di Semarang, Jumat.
Hal tersebut diungkapkan politikus PDI Perjuangan itu menanggapi diluncurkannya BRT Trans Jateng Koridor I yang melayani Semarang-Terminal Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan rute sama yang dikelola oleh dua operator berbeda dan armada yang berbeda jelas berpotensi menimbulkan gesekan di lapangan, yakni antara Trans Semarang dan Trans Jateng.
"Kenapa tidak dijadikan satu operator saja? Jadi, terintegrasi. Koridor II yang selama ini dikelola Pemkot Semarang diserahkan Pemprov Jateng, atau sebaliknya rute ke bawah dikelola Pemkot Semarang saja," katanya.
Jadi, kata dia, Trans Jateng hanya melayani dari Sisemut sampai Bawen, sementara Koridor II Trans Semarang dari Sisemut ke Terminal Terboyo tetap, kemudian sampai Stasiun Tawang bisa pindah ke koridor yang lainnya.
Menurut dia, masih banyak jalur-jalur lain yang belum terlayani sarana BRT sehingga tidak perlu menumpuk di rute yang sudah ada, seperti dari Sisemut ke Semarang yang selama ini sudah terlayani Trans Semarang.
"Belum lagi soal tarif yang ada perbedaan. Untuk Trans Jateng ada tarif khusus untuk buruh Rp1.000/orang sama dengan pelajar. Namun, Trans Semarang tarifnya sama untuk buruh dengan umum sebesar Rp3.500/orang," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti membenarkan adanya rute yang berhimpitan antara dua BRT itu, terutama dari Sisemut menuju Kota Semarang, termasuk di halte pemberhentiannya.
"Jadi, Trans Jateng juga singgah di halte-halte Trans Semarang mulai Sisemut sampai Stasiun Tawang. Sudah ada MoU-nya. Namun, untuk tarif selama ini kami memang belum mengakomodasi buruh. Masih sama seperti umum," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kemudian disepakati penumpang yang beralih moda dari Trans Jateng ke Trans Semarang, atau sebaliknya harus membayar lagi sebab jika tarifnya terusan akan menimbulkan persoalan di kemudian hari.
"Memang di pergub disebutkan penumpang yang beralih moda tidak membayar lagi. Namun, tarif buruh kan berbeda. Jadi, kesepakatannya sama-sama membayar kalau berpindah dari Trans Jateng ke Trans Semarang, atau sebaliknya," pungkasnya.
Sebelumnya, BRT Trans Jateng yang melayani Koridor I dari Stasiun Tawang-Terminal Bawen diluncurkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat, untuk mempermudah akses transportasi dengan 18 armada yang beroperasi enam kali perjalanan PP.