Cilacap, ANTARA JATENG - Awal musim kemarau di wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya eks Keresidenan Banyumas berlangsung mundur dari prakiraan, kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Cilacap Teguh Wardoyo.

"Semula, awal musim kemarau di sebagian wilayah Jateng selatan diprakirakan mulai pada dasarian (10 hari) pertama bulan Juni dan sebagian lagi pada dasarian kedua bulan Juni," katanya di Cilacap, Rabu.

Akan tetapi realisasinya, kata dia, selama bulan Juni masih sering terjadi hujan.

Bahkan, lanjut dia, curah hujan selama bulan Juni yang tercatat di Kantor Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap mencapai 270 milimeter.

"Berarti masih (musim) hujan. Awal musim kemaraunya mundur," katanya.

Teguh mengatakan berdasarkan pengamatan, wilayah Jateng bagian selatan saat sekarang telah memasuki awal musim kemarau secara merata.

Menurut dia, hal itu diketahui dari kondisi cuaca di wilayah utara ekuator yang sudah sering terjadi badai.

Selain itu, kata dia, anginnya makin kencang dan udaranya makin kering.

"Angin yang makin kencang ini berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jateng," katanya.

Kendati telah memasuki awal musim kemarau, dia mengatakan hujan masih berpotensi terjadi di wilayah Jateng bagian selatan selama bulan Juli dengan curah berkisar 50-100 milimeter.

Berdasarkan indeks cuaca, kata dia, musim kemarau di wilayah Jateng bagian selatan diprakirakan berlangsung normal sehingga pada pertengahan bulan Oktober akan memasuki awal musim hujan.

"Sejauh ini belum terlihat adanya tanda-tanda akan terjadinya anomali cuaca. Kalaupun ada fenomena El Nino, hal itu diprakirakan berlangsung lemah," katanya.

Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024