Berlin, ANTARA JATENG - Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel
menuding Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai penyulut konflik
Timur Tengah dan berpotensi memicu persaingan senjata setelah
negara-negara tetangga Qatar memutus hubungan diplomatik dengan Doha.
"Kontrak militer besar-besaran Presiden AS Trump dengan negara-negara Teluk meningkatkan risiko persaingan senjata," ujar Gabriel dalam wawancara dengan surat kabar Handelsblatt yang diterbitkan pada Rabu.
"Kebijakan ini jelas salah dan jelas bukan kebijakan Jerman," kata Gabriel, Selasa (6/6) waktu setempat.
"Saya sangat khawatir mengenai peningkatan eskalasi dan konsekuensi bagi seluruh kawasan," imbuhnya.
Arab Saudi dan para sekutunya termasuk Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengumumkan, Senin, negara-negara tersebut memutus hubungan diplomatik dan akses transportasi udara, laut dan darat dengan Qatar.
Mereka menuding Qatar menjadi sarang kelompok ekstremis dan memberikan dukungan bagi agenda musuh utama Arab Saudi, Iran.
 
(Baca: Trump tampak dukung negara Arab isolasi Qatar)
"Kontrak militer besar-besaran Presiden AS Trump dengan negara-negara Teluk meningkatkan risiko persaingan senjata," ujar Gabriel dalam wawancara dengan surat kabar Handelsblatt yang diterbitkan pada Rabu.
"Kebijakan ini jelas salah dan jelas bukan kebijakan Jerman," kata Gabriel, Selasa (6/6) waktu setempat.
"Saya sangat khawatir mengenai peningkatan eskalasi dan konsekuensi bagi seluruh kawasan," imbuhnya.
Arab Saudi dan para sekutunya termasuk Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain mengumumkan, Senin, negara-negara tersebut memutus hubungan diplomatik dan akses transportasi udara, laut dan darat dengan Qatar.
Mereka menuding Qatar menjadi sarang kelompok ekstremis dan memberikan dukungan bagi agenda musuh utama Arab Saudi, Iran.
 
(Baca: Trump tampak dukung negara Arab isolasi Qatar)